Kajian Safiinah An Najah
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
♻ 'Alamatul Bulugh ( Tanda Baligh )
📆 Senin, 13 Februari 2017
20:00-22:00
120 menit
___________________________________________
📖 (فصل ) علامات البلوغ ثلاث : تمام خمس عشرة سنه في الذكروالأنثى ، والاحتلام في الذكر والأنثى لتسع سنين ، و الحيض في الأنثى لتسع سنين
Alaamaatul Buluughi Tsalaatsun : Tamaamu Khomsa 'Asyarota Sanatan Fidzdzakari Wal Untsaa , Wal Ihtilaamu Fidzdzakari Wal Untsaa Litis'i Siniina , Wal Haidhu Fil Untsaa Litis'i Siniina.
🌐 Terjemah
Adapun tanda-tanda baligh ada tiga, yaitu:
1. Berumur seorang laki-laki atau perempuan lima belas tahun.
2. Bermimpi (junub) terhadap laki-laki dan perempuan ketika melewati sembilan tahun.
3. Keluar darah haidh sesudah berumur sembilan tahun bagi perempuan.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
📝 penjelasan & keterangan
1. Baligh adalah sampainya batasan usia taklif. Sedangkan taklif adalah; sampainya seseorang pada usia yang dianggap oleh agama dan orang tersebut juga dalam keadaan berakal sehat, panca inderanya berfungsi secara normal dan telah sampai dakwah agama islam kepadanya.
2. Tanda – tanda bahwa seseorang sudah mencapai masa baligh dimana ia mulai terikat dengan hukum – hukum syariat itu ada 3 :
A. Seorang lelaki atau perempuan telah genap berumur 15 tahun (tahdidiyah) yang dihitung mulai sempurnanya kelahiran seorang bayi dan hitungan umur 15 tahun ini mengikuti perhitungan tahun qomariyah (tahun hijriyah).
B. Seorang laki – laki atau perempuan telah ihtilam, yaitu mimpi yang menyebabkan ia mengeluarkan mani. Begitu juga apabila telah mengeluarkan mani dalam keadaan terjaga (tidak sedang tidur), baik keluarnya karena berhubungan intim atau karena sebab lainnya.
C. Seorang wanita telah mengeluarkan darah haidh, dan keluarnya pada usia 9 tahun dengan hitungan tahun qomariyah.
3. Hikmah dari ditetapkannya umur 15 tahun sebagai batasan umur terikatnya sesorang dengan hukum – hukum syari’at (taklif) karena pada usia tersebut syahwat mulai bergejolak dan timbul hasrat seksual, begitu juga syahwat – syahwat lain seperti dalam hal makanan dan suka bermewah – mewahan. Syahwat – syahwat tersebut yang pada akhirnya mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal yang tidak patut dilakukan. Karena itu syahwat-syahwat tersebut harus dikekang dan dikendalikan dengan tali ketakwaan agar seseorang tidak menuruti syahwatnya dengan diberikan perjanjian-perjanjian dan juga ancaman. Selain itu, pada usia ini seseorang telah sampai pada kesempurnaan akal sehat juga kekuatan fisiknya, karena itu diperlukan pengarahan berupa hukum-hukum yang mengikat karena kuatnya dorongan syahwat dan pemikiran dan dirasa sudah mampu nenerima hukuman apabila menyimpang.
📚 Referensi :
- Ghoyatul Muna
- Kasyifatus Syaja
Kumpulan Pertanyaan Dan Jawaban Kajian Safinatun Najah
📌 Senin, 13 Februari 2017
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Kesimpulan ini kami buat berdasarkan hasil diskusi dari semua anggota WAG SANTRI INDONESIA
Dan tidak semuanya bisa di jadikan rujukan hukum
Kekurangan hanya milik kami,dan kesempurna'an hanyalah milik Alloh SWT
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
💎 WAG A :
Pertanyaan :
💁♂Apakah khitan juga bisa dijadikan ukuran balighnya seseorang..???
Jawaban :
TIDAK BISA
💁Karena bukan termasuk syarat Balik seorang Anak laki-laki
📝 Sebagaimana Disebutkan dalam kitab Ghoyatul Muna
Kasyifatus Syaja
Syarat Balik🌺
1. Jika sudah berusia 15 Tahun
2. Jika telah MIMPI BASAH
atau mengeluarkan Mani
Sedangkan Kedudukan khitan bagi anak tak ubahnya baiat, ikrar, peresmian,
pelantikan, sumpah pengukuhan, dan janji kesetiaan untuk memeluk agama Islam sepanjang nyawa dikandung badan.
💁Selain itu, fakta empiris menunjukkan bahwa tradisi agama Islam ini secara medis berfungsi melindungi anak dari radang pada batang penis, melindungi anak dari radang saluran kencing, melindungi anak dari penyakit kelamin, memberikan perlindungan dari penyakit kanker, dan sebagainya.
💎 WAG B
Pertanyaan : Hamba Allah
Kalo misal khurujul maniy(Keluarnya Mani) sebab istimta'(Dalam kata lain Onani/Masturbasi) apa sama dengan Ihtilam(Mimpi basah) dalam menentukan kebalikan ?? Syukron
Jawaban :
Sama Dianggab baligh sebagaimana dijelaskan pada keterangan no 2 point B yaitu baik keluar mani dalam keadaan tertidur atau sadar.
💎 WAG C
Pertanya'an : Hamba Allah
Pada poin ke 3, yang jadi patokan itu keluar haidnya (tanpa umur minimal) atau umurnya harus 9 tahun juga?
Kalau keluar darah (misalnya saja) sebelum umur 9 tahun hijriyah, apakah itu termasuk haid yang jadi tanda2 balligh?
Jawaban :
Tuhfah
( تسع سنين ) قمرية أي استكمالها إلا إن رأته قبل تمامها بدون ستة عشر يوما بلياليها فزعم إيهام هذا أن التسع كلها ظرف للحيض ولا قائل به ليس في محله ؛ لأنه إنما يوهم ذلك لو كانت التسع ظرفا وهي هنا خبر كما هو جلي وشتان ما بينهما ولا حد لآخر سنه ولا ينافيه تحديد سن اليأس باثنين وستين سنة لأنه باعتبار الغالب حتى لا يعتبر النقص عنه كما يأتي ، ثم وإمكان إنزالها كإمكان حيضها بخلاف إمكان إنزال الصبي لا بد فيه من تمام التاسعة ، والفرق حرارة طبع النساء كذا قيل والأوجه أنه لا فرق ثم رأيته صرح بذلك في المجموع حيث جعل الأصح فيهما استكمال التسع أي التقريبي المعتبر بما مر وزاد في الصبي وجها تسع ونصف ووجها عشر سنين ، وأشار إلى أن الإمام فرق بأنها أسرع بلوغا منه أي ؛ لأنها أحر طبعا منه .
Syarah syarwani
( تسع سنين ) أي وغالبه عشرون سنة وأكثره اثنان وستون سنة ع ش . ( قوله قمرية ) إلى قوله فزعم في المغني إلا قوله أي استكمالها وإلى قوله ثم رأيته في النهاية إلا قوله ذلك . ( قوله قمرية ) نسبة إلى القمر أي الهلال والسنة القمرية ثلاثمائة يوم وأربعة وخمسون يوما وخمس يوم وسدسه لأن كل ثلاثين سنة تزيد أحد عشر يوما بسبب الكسور فإذا قسطت على الثلاثين خص كل سنة خمس يوم وسدسه لأن ستة منها في خمسة بثلاثين خمسا ، والخمسة الباقية في ستة بثلاثين سدسا فيخص كل سنة من الثلاثين خمس يوم وسدسه . وأما السنة الشمسية فهي ثلاثمائة يوم وخمسة وستون يوما وربع يوم إلا جزءا من ثلاثمائة جزء من يوم والسنة العددية ثلاثمائة يوم وستون يوما لا تزيد ولا تنقص شيخنا و ع
ش
📖 Terjemahan
Seorang wanita dikatakan mengalami haid jika sudah berumur 9 tahun (taqriban), tetapi tidak harus sempurna 9 tahun, boleh kurang, asal kurangnya tidak lebih dari 16 hari. Seorang wanita boleh dikatakan haid apabila memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Tidak kurang dari 24 jam
2. Tidak lebih dari 15 hari
3. Bertempat pada waktu mungkin/bisa haid
Jika seorang wanita itu mengeluarkan darah sebelum umur 9 tahun maka itu bukan darah haid melainkan darah istihadhoh. Karena ia mengeluarkan darah pada saat berumur 9 tahun kurang 16 hari.
TAHUN YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGHITUNG UMUR HAID
Tahun yang digunakan untuk menghitung umur haid adalah tahun Qomariyah (TahunHijriyah). Jadi umur 9 tahun diatas adalah umur yang hitunganya menggunakan tahun hijriyah bukan tahun masehi, karena selisihnya banyak. Sebab 1 tahun hijriyah itu 354 hari 8 jam 48 menit, sedangkan 1 tahun masehi adalah 366 hari 6 jam.
=> Faedah
Haid merupakan tanda baligh bagi seorang perempuan. Tanda baligh bagi seseorang perempuan itu ada 3, sedangkan untuk laki-laki itu ada 2.
Untuk perempuan :
1. Keluar darah haid, setelah berumur 9 tahun atau kurang sedikit (Tidak sampai 16 hari).
2. Keluar air mani, setelah umur 9 tahun atau kurang sedikit.
3. Umur 15 tahun, jika umur 9 tahun tidak haid juga tidak keluar air mani, maka awal balighnya adalah umur 15 tahun.
💎 WAG D
Pertanyaan : Hamba Allah
Apabila seorang perempuan mengeluarkan darah pada usia 9th kurang 1 hari, apakah sudah termasuk darah haid?
Maaf 9 th kurang 1 hari menggunakan thn Qamariyah / Hijriyah. Hatur nuhun....
Jawaban :
Termasuk, bahkan batasnya ialah kurang 16 hari 16 malam,. itu termasuk darah haidh.
💎 WAG E
Pertanyaan : Hamba Allah
Mas Dinar dn Mba Ummu
Assalamu'alaikum..permisi saya mau tanya..bagai mna jika ada perempuan yg umurnya sudah melewati umur 15 thn tapi masih belum haid..padhl itu salah satu tanda jika ia dinyatakan baligh..
Jawaban :
Alamat baligh itu pilih salah 1 bkn semuanya harus ada. kalo udh haid yaudah berarti dia balig, gk perlu nunggu umur 15 thn. atw udh 15 thn tpi gk haid, ya dia udh baligh karna umurnya 15 thn.
💎 WAG F
Pertanyaan : Hamba Allah
Untuk masalah tahdidiyah untuk hitungan umur seseorang dalam menentukan balighnya seseorang itu apakah bnyak perbedaan antara hitungan tahun hijriyah dan tahun masehi.. Mohon di jelaskan..
Jawaban :
√ 9 tahun H=Umur 8 tahun M 8 bulan 23 hari 19 jam 13 menit
√ 15 tahun H=14 tahun M 6 bulan 19 hari 9 jam (sudah baligh)
(keterangan Al-jamal, Juz 1, Hal. 247)
💎 WAG G
Pertanyaan : Hamba Allah
Kalau seandainya habis mimpi basah, scra otomastis pakaiannya kan ternoda olh anu itu, lalu org itu mnunaikan solat subuh .. ? Tpi udh mndi jinabah , pkakaiane ttp Itu gmana geh..?
Jawaban :
Boleh, karena Nabi Muhammad SAW pernah shalat subuh menggunakan pakaian yg terkena mani, untuk lebih lengkapnya nanti bab syarat sholat.
💎 WAG H : (Kosong)
💎 WAG I
Pertanyaan : Kang Fathu
Apakah tidak berdosa seorang belum baligh berzina dan mencuri?
Jawaban :
Wallohu alam ya
Kembali ke pertanyaan jika anak" blom baligh melakukan maksiat(baik itu mencuri)
Sekalipun zina ttp tidak dosa, Sebagaimana hadis Nabi
Pena itu di angkat dari 3 hal:
Anak" hingga baligh
Gila sampai sadar
Org tidur sampai bangun
رفع القلم عن ثلاثة عن النائم حتي يستيقظ وعن الصبي حتي يحتلم وعن الجنون حتي يعقل.
اخرجه ابن داوود والترمذي
💎 WAG J
Pertanyaan : Sdr. Riyan Ahmad
Bagaimana hukumnya makan.memotong kuku/rambut ? Disaat kita dalam keadaan junub ....minta pencerahannya yaa ? Syukron katsiron
Jawaban :
Memotong rambut dan menggunting kuku bagi wanita haid hukumnya makruh. Jika dikerjakan tidak mendapat dosa. Adapun yang wajib di cuci setelah haid berhenti adalah tempat potongan rambut dan kuku bukan rambut dan kuku yang telah terpotong. jadi kalau sudah terlepas dari badan tidak perlu dicuci. Ta’bir dari kitab :
1. Nihayatuzzain:
وَمَنْ لَزِمَهُ غُسْلٌ يُسَنُّ لَهُ أَلَّا يُزِيْلَ شَيْئاً مِنْ بَدَنِهِ وَلَوْ دَمًا أَوْ شَعَرًا أَوْ ظُفْرًا حَتَّى يَغْتَسِلَ لِأَنَّ كُلَّ جُزْءٍ يَعُوْدُ لَهُ فِي اْلآخِرَةِ فَلَوْ أَزَالَهُ قَبْلَ الْغُسْلِ عَادَ عَلَيْهِ الْحَدَثُ الْأَكْبَرُ تَبْكِيْتًا لِلشَّخْصِ
"Barang siapa yang wajib mandi maka agar tidak menghilangkan satupun dari anggota badannya walaupun berupa darah atau kuku sehingga mandi, karena semua anggota badan akan kembali kepadanya di akherat. Jika dia menghilangkannya sebelum mandi maka hadats besar akan kembali kepadanya sebagia teguran kepadanya." (Nihayatuzzain, 1/31). Sumber kitab : Nihayatuzzain juz I halaman 31, cetakan Al Ma’aarif Bandung / halaman 31, maktabah syamilah.
2. Fathul Mu'in:
وَ ) ثاَنِيْهِمَا ( تَعْمِيْمُ ) ظَاهِرُ ( بَدَنٍ حَتىَّ ) َاْلأَظْفاَرَ وَماَ تَحْتَهاَ وَ ( الشَّعْرَ ) ظَاهِرًا وَباَطِناً وَإِنْ كَثِفَ وَماَ ظَهَرَ مِنْ نَحْوِ مَنْبَتِ شَعْرَةٍ زَالَتْ قَبْلَ غَسْلِهاَ
"Syarat yang kedua yaitu meratakan air pada seluruh anggota dzohir badan hingga kuku dan di bagian bawahnya, rambut bagian luar dan dalam, yakni tempat tumbuhnya rambut yang telah lepas sebelum mandi." (Fathul Mu'in, 1/31). Sumber kitab : Fat_hul Mu’in (Hamisy I’anatuththalibin juz I halaman 75, cetakan al ‘Alawiyyah) / 1/31, maktabah syamilah.
3. Hasyiyah Syarwani:
أَنَّ الْأَجْزَاءَ الْمُنْفَصِلَةَ قَبْلَ الْإِغْتِسَالِ لَا يَرْتَفِعُ جَنَابَتُهَا بِغُسْلِهَا
"Bahwasanya anggota tubuh yang terpisah sebelum mandi, janabahnya tidak hilang dengan memandikannya." (Hasyiyah Syarwani, 1/84). Sumber kitab : Hasyiyah Syarwani juz I halaman 84, cetakan Mathba’ah Mushtafa Ahmad Mesir.
Catatan : Ada juga ulama yang tidak memakruhkan.
وَقَالَ عَطَاءٌ : يَحْتَجِمُ الْجُنُبُ ، وَيُقَلِّمُ أَظْفَارَهُ ، وَيَحْلِقُ رَأْسَهُ ، وَإِنْ لَمْ يَتَوَضَّأْ . وَمَا حَكاهُ عَنْ عَطَاءٍ ، مَعْنَاهُ : أَنَّ الْجُنُبَ لَا يُكْرَهُ لَهُ الْأَخْذُ مِنْ شَعَرِهِ وَظُفْرِهِ فِيْ حَالِ جَنَابَتِهِ ، وَلَا أَنْ يُخْرِجَ دَمَهُ بِحِجَامَةٍ وَغَيْرِهَا
وَلَا نَعْلَمُ فِيْ هَذَا خِلَافاً إِلَّا مَا ذَكَرَهُ بَعْضُ أَصْحَابِنَا وَهُوَ أَبُو الْفَرَجِ الشَّيْرَازِيِّ ، أَنَّ الْجُنُبَ يُكْرَهُ لَهُ الْأَخْذُ مِنْ شَعَرِهِ وَأَظْفَارِهِ
‘Atha berkata: “Orang junub berbekam, ,mencukur kepalanya walaupun tidak berwudhu”. Apa yang diceritakan dari ‘Atha maknanya ialah bahwasanya orang junub tidak dimakruhkan memotong rambut dan kukunya ketika dia junub, dan tidak makruh mengeluarkan darahnya dengan berbekam atau lainnya. Kami tidak mengetahui adanya perbedaan dalam hal ini keculai apa yang dituturkan sebagaian ash_hab kami yaitu Abul Faraj asy Syairazi bahwasanya orang junub makruh memotong rambut dan kuku. (Fathul Bari Li Ibni Rajab, 1/346). Sumber kitab : Fat_hul Bari, Syarhu Shahihil Bukhari karya al Hafizh Ibn Rajab al Hanbali juz I halaman 346, maktabah syamilah
💎 WAG AKHWAT
Pertanyaan : Hamba Allah
Balighnya perempuan 9tahun ya ukhty, lalu untuk hukum menutup auratnya bagaimana? Apakah sejak baligh atau memang sejak kecil?
Jawaban :
Menurut pendapat yang paling shahih kemaluan bocah wanita kecil haram di lihat kecuali bagi seorang ibunya dimasa usia menyusui, sedang kemaluan bocah lelaki kecil menurut mayoritas pengikut syafi'i boleh dilihat.
فتح المعين بشرح قرة العين ج 3 - الصفحة 260 زين الدين بن عبد العزيز المليباري
والمعتمد عند الشيخين عدم جواز نظر فرج صغيرة لا تشتهى وقيل يكره ذلك وصحح المتولي حل نظر فرج الصغير إلى التمييز وجزم به غيره وقيل يحرم ويجوز لنحو الام نظر فرجيهما ومسه زمن الرضاع والتربية للضرورة
الكتاب : حاشية إعانة الطالبين ج 3 - الصفحة 320 المؤلف : أبو بكر (المشهور بالبكري) بن محمد شطا الدمياطي (المتوفى : بعد 1302هـ) [ هو حاشية على حل الفاظ فتح المعين لشرح قرة العين بمهمات الدين / لزين الدين بن عبد العزيز المعبري المليباري (المتوفى : 987 هـ) ]
(قوله: والمعتمد عند الشيخين) عبارة المنهاج مع المغني: والاصح حل النظر إلى صغيرة لا تشتهي إلا الفرج، فلا يحل نظره. قال الرافعي، كصاحب العمدة، اتفاقا. ورده في الروضة بأن القاضي جوزه جزما، فليس ذلك اتفاقا، بل فيه خلاف.اه. بحدف (قوله: وصحح المتولي حل نظر فرج الصغير) أي قبله، كما هو ظاهر، اه سم. والفرق بين فرج الصغير - حيث حل النظر إليه - وفرج الصغيرة - حيث حرم النظر إليه - أن فرجها أفحش
(Keterangan menurut pendapat Mu’tamad (yang dapat dijadikan pegangan) menurut as-Syaikhaani) redaksi dalam kitab al-Manhaj dan al-Mughni “Pendapat yang paling shahih boleh melihat bocah wanita yang belum menimbulkan gelora syahwat kecuali kemaluannya, maka tidak halal.
Ar-Roofi’i dan pengarang kitab al-‘Umdah menyatakan “dengan kesepakatan ulama” namun dalam ar-Raudhah diterangkan bahwa alQadhy membolehkannya, berarti tidak terjadi kesepakatan ulama tetapi ada khilaf dalam masalah ini.
(Keterangan Al-Mutawaaly menshahihkan pendapat yang menyatakan bolehnya melihat kemaluan bocah laki-laki) perbedaan diantara kedua kelamin bocah ini hingga mengakibatkan halalnya melihat kelamin bocah laki-laki dan haramnya melihat kelamin bocah wanita adalah kelamin wanita bentuknya lebih cabul.
Menurut pendapat Mu’tamad (yang dapat dijadikan pegangan) menurut as-Syaikhaani (an-Nawaawy dan ar-Roofi’i) tidak bolehnya melihat kemaluan bocah kecil wanita yang belum mengundang syahwat, menurut Qiil (sebuah pendapat) makruh.
Al-Mutawaaly menshahihkan pendapat yang menyatakan bolehnya melihat kemaluan bocah laki-laki hingga ia usia tamyiz (usia saat ia bisa makan, minum, tidur, buang air kotoran dengan sendiri). menurut Qiil (sebuah pendapat) haram.
Dan bagi semisal Ibu boleh melihat dan memegang kemaluan kedua bocah tersebut saat usia menyusui dan mendidik karena adanya darurat. [ Fath al-Mu’in III/260, Hasyiyah I’aanah at-Thoolibiin III/320 ].
فتح الوهاب بشرح منهج الطلاب ج 2 - الصفحة 55 زكريا بن محمد بن أحمد بن زكريا الأنصاري أبو يحيى سنة الولادة 823/ سنة الوفاة 926
( وحل بلا شهوة نظر لصغيرة ) لا تشتهي ( خلا فرج ) لأنها ليست في مظنة شهوة
أما الفرج فيحرم نظره وقطع القاضي بحله عملا بالعرف وعلى الأول استثنى ابن القطان الأم زمن الرضاع والتربية للضرورة أما فرج الصغير فيحل النظر إليه ما لم يميز كما صححه المتولي وجزم به غيره ونقله السبكي عن الأصحاب
Dan halal melihat bocah wanita kecil yang belum menimbulkan gelora syahwat kecuali kemaluannya yang haram melihatnya sedang alQaadhy (Husein) memutuskan diperbolehkannya dengan mempertimbangkan kebiasaan yang terjadi dimasyarakat. Ibn al-Qatthaan membolehkan melihatnya bagi seorang ibu saat usia menyusui dan mendidik karena adanya darurat. Sedang kemaluan bocah laki-laki halal melihatnya selagi ia belum tamyiz, pendapat ini dishahihkan oleh al-Mutawally dan lainnya dan dinuqil oleh as-Subky dari para Ashaab (pengikut as-Syaafi’i). [ Fath al-Wahhaab II/55 ].
مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج ج 3 - الصفحة 130 محمد الخطيب الشربيني
( و ) الأصح حل النظر ( إلى صغيرة ) لا تشتهى لأنها ليست في مظنة الشهوة والثاني يحرم لأنها من جنس الإناث قال ابن الصلاح حكاية الخلاف في وجه الصغيرة التي لا تشتهى يكاد أن يكون خرقا للإجماع ( إلا الفرج ) فلا يحل نظره قال الرافعي كصاحب العدة اتفاقا ورده في الروضة بأن القاضي جوزه جزما فليس ذلك اتفاقا بل فيه خلاف لا أنه رد الحكم كما فهمه ابن المقري فصرح بالجواز
وأما فرج الصغير فكفرج الصغيرة على المعتمد وإن قال المتولي بجواز النظر إليه إلى التمييز وتبعه السبكي على ذلك واستثنى ابن القطان الأم زمن الرضاع والتربية لمكان الضرورة وهو ظاهر وينبغي أن تكون المرضعة غير الأم كالأم
AURAT ANAK KECIL
الشافعية قالوا : إن عورة الصغير في الصلاة ذكرا كان أو أنثى مراهقا أو غير مراهق كعورة المكلف في الصلاة أما خارج الصلاة فعولة الصغير المراهق ذكرا كان أو أنثى كعورة البالغ خارجها في الأصح وعورة الصغير غير المراهق إن كان ذكرا كعورة المحارم إن كان ذلك الصغير يحسن وصف ما يراه من العورة بدون شهوة فإنه أحسنه بشهوة فالعورة بالنسبة له كالبالغ وإن لم يحسن الوصف فعورته كالعدم الا أنه يحرم النظر إلى قبله ودبره لغير من يتولى تربيته أما إن كان غير المراهق أنثى فإن كانت مشتهاة عند ذوي الطباع السليمة فعورتها عورة البالغة . وإلا فلا لكن يحرم النظر إلى فرجها لغير القائم بتربيتها
Kalangan Syafi’iyyah berpendapat : Aurat anak-anak baik pria atau wanita dalam shalat baik ia telah muraahiq (usia menjelang dewasa) atau belum seperti halnya aurat orang dewasa.Sedang aurat mereka diluar shalat menurut pendapat yang paling shahih juga seperti orang dewasa.
Aurat anak kecil yang belum murahiq bila ia pria maka seperti aurat diantara para mahram bila ia sudah mampu mensifati aurat yang ia lihat namun tanpa disertai syahwat, bila disertai syahwat maka auratnya seperti halnya orang dewasa.Sedang auratnya bila masih belum mensifati aurat yang ia lihat maka auratnya seperti tidak ada hanya saja diharamkan melihat kelamin dan duburnya bagi selain pengasuhnya.
Aurat anak kecil yang belum murahiq bila ia telah menimbulkan pesona syahwat menurut ukuran akal normal maka seperti wanita dewasa bila belum menimbulkan pesona maka tidak, namun haram melihat kemaluannya bagi selain pengasuhnya. [ Al-Fiqh alaa Madzaahib al-Arba’ah I/198 ].
نظر الرجل إلى الصغيرة :9 - اتفق الفقهاء على أن النظر إلى الصغيرة بشهوة حرام ، مهما كان عمرها ، ومهما كان العضو المنظور إليه منها ، واتفقوا أيضا على أنه يجوز للرجل أن ينظر بغير شهوة إلى جميع بدن الصغيرة التي لم تبلغ حد الشهوة سوى الفرج منها .
Semua Ulama sepakat bahwa melihat aurat anak kecil wanita dengan disertai syahwat maka haram hukumnya, usia berapapun anak kecil tersebut dan dibagian tubuh manapun yang ia lihat, dan Ulama juga sepakat bahwa diperbolehkan bagi pria dewasa melihat dengan tanpa syahwat terhadap anak kecil wanita yang belum sampai pada usia yang menimbulkan gelora kecuali pada kemaluannya. [ Al-Mausuu’h al-Fiqhiyyah 40/347 ].
Jadi dapat di simpulkan bahwa : Sebaiknya di ajarkan menutup aurot sejak kecil atau dini, agar menjadi kebiasaan sampai mencapai baligh nanti.,
( WAG Santri Indonesia )