HAKEKAT KESALEHAN
Oleh : Prabowo Wiratmoko Jati
Ada 2 kesalehan menurut Syaikh Maulana Jalaluddin Rumi yaitu :
Pertama adalah Kesalehan polesan, orang meletakkan nilai pada segi-segi lahiriah.. Orang meletakkan kemuliaan pada pelaksanaan secara harfiah teks syareat.. Jadi apa yang dilakukan seperti perintah agama, yang dipegang hanya bungkusnya saja, tetapi melupakan hakekatnya. Kemudian yang terjadi adalah kebalikan dari apa yang dimaksudkan.
Seperti dalam matsnawi pada kisah seorang muadzin yang bersuara jelek. Inti kisah tersebut, seorang pendeta nasrani mempunyai putri yang cantik jelita.. Putrinya jatuh cinta dengan seorang pemuda muslim yang sholih..
Ternyata pemuda tersebut seorang muadzin yang suaranya sering terdengar di gereja pendeta tersebut.. Para sahabat dan saudara muslim sudah berkali-kali mengingatkan agar jangan adzan karena suaranya jelek.. Tetapi ia bersikeras untuk tetap mengumandangkan suaranya.. Al-hasil sebagai rasa terima kasihnya, sang pendeta memberikan banyak hadiah kepada pemuda tersebut, sebab putrinya tidak jadi menikah dengannya..
Putrinya tidak suka dengan suara adzan yang jelek itu (digaris bawahi bahwa kalimat adzannya bagus dan indah, tapi suaranya yang sangat mengganggu dan jelek), lalu sang putri memutuskan untuk tidak melanjutkan percintaan dengan pemuda tersebut..
Kisah dalam Matsnawi ini merupakan sebuah fragmen parodikal dan satir yang baik untuk direnungkan.. Bagi Rumi dalam kisah ini, adzan merupakan gambaran dari ajaran yang mulia, namun bila disampaikan secara sumbang, tidak akan menarik, bahkan membuat benci..
Seindah apapun ajaran yang dimiliki Islam, jika disampaikan dengan buruk rupa justru akan membuat orang lain menjauh..
Kedua adalah Kesalehan Tulus, kesalehannya Bayazid Al Bustami.. Kesalehan ini menekankan pentingnya memelihara lahiriah agama dengan tidak melupakan segi-segi yang tulus.. Maulana Jalaluddin Rumi mengingatkan kepada kita bahwa kesalehan yang tulus, betapapun kecilnya akan mengubah dunia, sebaliknya kesalehan yang tidak tulus (polesan), betapapun besarnya tidak berdampak apa-apa, kecuali akan menjauhkan orang dari ajaran Islam yang sebenarnya. .
Sebagai contoh, meskipun berjuta orang berkumpul melakukan sholat berjamaah tetapi dalam rangka unjuk kekuatan atau pamer.. Apalagi hal itu sebagai bentuk perselingkuhan agama dengan politik (memoles kesalehan dengan politik), yang terjadi justru kemudaratan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar