📒 Kesimpulan Diskusi
📅 Jum'at, 17 Maret 2017
🕰 (20:00-22:00)
⏳ 120 Menit
👤 Sa'il : Hamba Allah
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
📜 Deskripsi masalah
Fulan adalah seorang remaja yang taat ibadah. Namun, suatu hari ia mendapat nikmat sakit wasir.
Wasir atau sering disebut ambeien (dalam bahasa Inggris atau Latin disebut Hemorrhoid dan dalam bahasa kedokteran disebut Piles) adalah penyakit atau gangguan pada anus dimana Sphinchter Ani atau bibir anus mengalami pembengkakan yang kadang-kadang disertai pendarahan. Orang yang terkena penyakit wasir ketika buang air besar maka bibir anus akan keluar dan biasanya mengeluarkan darah. Darah ini akan berhenti dengan sendirinya ketika bibir anus kembali masuk.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
💁🏻♂ Pertanyaanya
1⃣ Sahkah wudhu orang yang bibir anusnya belum kembali masuk baik yang berdarah atau tidak berdarah?
2⃣ Bagaimana dengan dampak sholatnya apakah wajib meng qodlo' ?
📝 NB : bibir anus yang keluar berupa benjolan pada anus jika benjolan ini belum masuk maka sangat mengganggu aktivitas penderita termasuk sholat
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Jawaban💡
1. Hukumnya sama seperti orang beser. Keluarnya anus atau darah bisa membatalkan wudu'.
📗 ﻧﻬﺎﻳﺔ ﺍﻟﺰﻳﻦ ﻓﻲ ﺍﺭﺷﺎﺩ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺋﻴﻦ 1/12
( ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ) ﺃﻱ ﺍﻟﺨﺎﺭﺝ ( ﺑﺎﺳﻮﺭﺍً ) ﺑﺄﻥ ﺧﺮﺝ ﺍﻟﺒﺎﺳﻮﺭ ﻧﻔﺴﻪ ﻣﻦ ﺩﺍﺧﻞ ﺍﻟﺪﺑﺮ ﺃﻭ ﺯﺍﺩ ﺧﺮﻭﺟﻪ ﻓﺈﻧﻪ ﻧﺎﻗﺾ، ﻭﻛﺬﺍ ﺩﻡ ﺑﻮﺍﺳﻴﺮ ﻣﻦ ﺑﺎﺳﻮﺭ ﺩﺍﺧﻞ ﺍﻟﺪﺑﺮ ﻻ ﺧﺎﺭﺟﻪ .
📕 ﺑﻐﻴﺔ ﺍﻟﻤﺴﺘﺮﺷﺪﻳﻦ 1/24
( ﻣﺴﺄﻟﺔ : ﺝ ) : ﺍﺑﺘﻠﻲ ﺑﺒﻠﻞ ﻳﺨﺮﺝ ﻣﻦ ﺫﻛﺮﻩ، ﻓﺈﻥ ﺗﺤﻘﻖ ﺧﺮﻭﺟﻪ ﻣﻦ ﺩﺍﺧﻠﻪ ﻓﻨﺠﺲ ﻳﻨﺘﻘﺾ ﺑﻪ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ، ﻭﺇﻻ ﻓﻼ ﻧﻘﺾ ﻭﻻ ﺗﻨﺠﺲ ﻟﻠﺸﻚ، ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﺪﻡ ﺍﻟﺨﺎﺭﺝ ﻣﻦ ﺍﻟﺪﺑﺮ ﻣﻦ ﻋﻠﺔ ﺍﻟﺒﻮﺍﺳﻴﺮ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻫﺎ، ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺩﺍﺧﻞ ﺍﻟﺪﺑﺮ ﻧﻘﺾ ﻗﻄﻌﺎً ﺃﻭ ﻣﻦ ﺧﺎﺭﺟﻪ ﻓﻼ .
♿Tentang benjolan atau daging yang keluar pada orang yang berpenyakit ambeien atau wasir, ada dua perkara yang perlu diperhatikan:
🔴 Pertama
Bila benjolan atau daging tersebut keluar tanpa disertai darah, hal tersebut bukanlah pembatal wudhu. Dalam kondisi ini, tidak ada perbedaan antara keluar terus menerus atau keluar pada saat-saat tertentu.
🔴 Kedua
Bila benjolan atau daging itu keluar disertai dengan darah, darah yang melekat tersebut perlu diperhatikan. Jika darah tersebut berasal dari lingkaran dubur, kondisi ini tidaklah membatalkan wudhu sebagaimana luka (yang mengeluarkan darah), pada bagian tubuh yang lain, yang tidak membatalkan wudhu. Adapun, kalau darah yang keluar berasal dari dalam dubur, terdapat silang pendapat di kalangan ulama bahwa apakah keluarnya darah dari dua jalur (yang bukan pada kondisi haidh atau nifas) membatalkan wudhu atau tidak?
⛔ Pendapat yang lebih kuat adalah bahwa hal tersebut tidaklah membatalkan wudhu karena tidak ada dalil tegas yang menunjukkan kebatalannya, sedang hukum asalnya adalah bahwa tidak ada yang membatalkan wudhu, kecuali kalau ada dalil yang menjelaskan kebatalannya.
2
📘 بغية المسترشدين 1/52
(مسألة: ك): ابتلي بخروج دم كثير من لثته أو بجروح سائلة أو بواسير أو ناصور واستغرق جل أوقاته، لزمه التحفظ والحشو بوضع نحو قطنة على المحل، فإن لم ينحبس الدم بذلك لزمه ربطه إن لم يؤذه انحباس الدم ولو بنحو حرقان وكان حكمه حكم السلس، لكن لا يلزمه الوضوء لكل فرض، ويعفى عن قليل الدم وإن خرج من المنافذ كما قاله ابن حجر، خلافاً لـ(م ر) لكن قاعدته العفو مما يشق الاحتراز تقتضي العفو هنا أيضاً، وتصح صلاته ووضوؤه ولا قضاء، ويعفى عما يصيب مأكوله ومشروبه للضرورة
🙅🏻♂Jika diuji menderita penyakit wasir sampai keluar darah banyak, wajib menutup lubang anusnya dengan kain atau kapas, agar darah dan anusnya tidak keluar dan dihukumi sama dengan orang beser. Tapi tidak wajib wudu' kembali setiapa akan melaksanakan sholat, dan sah wudu'nya juga sholatnya dan tidak wajib qodho.
❣ SOLUSI 💡
Al-Bakri (mazhab Syafi'i) dalam Ianah At-Thalibin Syarah Fathul Muin, 1/47 menyatakan:
📚 وحاصل ما يجب عليه - سواء كان مستحاضة أو سلسا - أن يغسل فرجه أولا عما فيه من النجاسة، ثم يحشوه بنحو قطنة - إلا إذا تأذى به أو كان صائما - وأن يعصبه بعد الحشو بخرقة إن لم يكفه الحشو لكثرة الدم، ثم يتوضأ أو يتيمم، ويبادر بعده إلى الصلاة، ويفعل هكذا لكل فرض وإن لم تزل العصابة عن محلها.
🕵🏻♀Artinya
"Adapun hasil (kesimpulan) sesuatu yang wajib atasnya (Daimul hadas) itu sama saja ada pada Istihadoh (berdarah penyakit) atau orang yang terus menerus kencing agar dibasuhnya farjinya lebih dulu dari najis, kemudian disumpal dengan seumpama kapas kecuali jika hal tersebut menyakitinya atau sedang berpuasa. Dan hendaknya mengikat atau membalut (kemaluan) dengan kain perca jika sekiranya tidak cukup untuk disumpal saja, karena banyaknya darah, kemudian segeralah berwudu dan sesudah itu bersegeralah sholat. Lakukan hal ini untuk setiap satu shalat fardhu walaupun perban atau pembalut masih tetap berada di tempatnya.
📚 REFRENSI
📕 Nihayah az-zain Fi Irsyadil mubtadi'in Juz:1 hal:12
📗 Bughyatul mustarsyidin juz:1 hal:24
📘 Bughyatul mustarsyidin juz:1 hal:52
📙 I'anah At-Thalibin Syarah Fathul Muin, juz:1 hal:47
🔴Wa Allohu A'lam🔴
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
( WAG Santri Indonesia ) 🕋
Tidak ada komentar:
Posting Komentar