Sabtu, 18 November 2017

Pengabdian Santri untuk Negeri, Meraih Ridho Illahi di Bumi Pertiwi

Pengabdian Santri untuk Negeri, Meraih Ridho Illahi di Bumi Pertiwi

Oleh :
Muhammad Wafa Ridwanulloh
SANINDO KELAS E
SANINDO EKS PRIANGAN

Santri dan kyai bagaikan sapu lidi, santri adalah ratusan lidi yang bercerai-berai dan kyai adalah pengikatnya. Dianalogikan demikian karena dibawah komando seorang kyai terdapat ratusan bahkan ribuan santri yang mengorbankan jiwa raganya demi kepentingan bangsa dan agama. Landasan keimanan dan ketakwaan mengiring mereka menuju perjalanan mulia menempuh kemenangan. Latar belakang Hubbul Wathan Minal Imaan (cinta tanah air sebagian dari iman) menjadi benteng yang kuat dan tak terpecahkan. Kobaran semangat yang menggetarkan jiwa, sungguh untuk mencapai tujuan utma hidup di dunia yaitu ‘Isy Kariiman Au Mut Syahiidan, hidup menjadi sosok yang mulia atau mati menjadi seorang syuhada yang membela kebenaran. Oleh sebab itu darah rela ditumpahkan, tulang sedia diremukkan, dan harta secara ikhlas disumbangkan demi tanah air. Begitulah zaman dahulu ketika para ulama bersama santrinya memadukan kekuatan untuk menyingkiran bangsa barat dan antek antek penjajah yang biadab. Seperti seorang tokoh muslim yang berjuang bersama santri-santrinya melawan kolonialisme, KH Zaenal Musthafa, tokoh sekaligus pahlawan legendaris asal Tasikmalaya yang merupakan seorang kyai yang kisahnya selalu terangkat dan terkenang di hati masyarakat. Beliaulah seorang pejuang ummat yang rela mempertaruhkan nyawanya demi kemaslahatan umat, beliau membela agama Allah setinggi-tingginya dan berjuang merebut kemerdekaan bangsanya. Bersama para santri, beliau melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Jepang kala itu, hanya berbekal senjata bambu runcing mereka menjadi gardu terdepan dalam membela tanah air. Masih banyak lagi kisah kyai dan sntrinya yang berjuang mati-matian untuk kemerdekaan negeri ini. Tak hanya itu, buah pemikiran dan pendapat mereka pun sangat penting untuk mempertahankan NKRI ini. Seperti tokoh-tokoh organisasi islam KH Hasyim Asy ‘Ary, KH Ahmad Dahlan, KH Ruhiyat, KH Agus Salim, dan masih banyak lagi. Lantas darimana kalangan ulama-ulama intelektual itu lahir? Mereka lahir dari kalangan santri.
Pengabdian kaum santri tidak cukup sampai membela kemerdekaan saja, tapi santri ikut serta dalam menjaga dan melestarikan kemerdekaan ini. Kini, kaum santri berperan di tengah- tengah masyarakat untuk membangkitkan kembali rasa nasionalisme yang bermuara pada kewajiban dalam agama yakni Hubbul Wathan Minal Iman. Sejarah panjang perjuangan kaum santri menjadi ibrah atauu pembelajaran bahwa dahulu pahitnya perjuangan dan pahitnya kesengsaraan demi tanah air begitu terasa. Sekarang hanya tinggal menikmati manisnya kemerdekaan. Maka perspektif selanjutnya adalah mengimplementasikan hakikat kemerdekaan ini menjadi jiwa nasionalisme sehingga santri yang merupakan kader ulama, akan menjadi generasi emas dan cemerlang di masa yang akan datang. Generasi yang tidak gentar akan kedzaliman, dan menegakkan panji-panji kebenaran di tanah pertiwi ini. Serta dapat menjadi generasi cerdas dan intelektual bukan hanya di bidang keagamaan saja tapi di bidang nasional kebangsaan. Karena yang dibutuhkan bangsa ini di masa depan, bukanlah generasi yang kaya atau generasi yang bergelar sarjana, tetapi bangsa ini butuh sosok intelektual yang jujur dan bertanggung jawab. Dan diantara mereka adalah kalangan santri, karena santri diajarkan bagaimana menjadi insan yang cerdas dan berguna bagi masyarakat.
Santri sejati seyogyanya dapat merubah pola pikir yang tumbuh di masyarakat tentang keberadaan santri sebagai kalangan yang kuno dan ketinggalan zaman. Atau pemikiran bahwa santri itu perusak dan jorok. Pandangan tersebut hrus benar benar dirubah 360 derajat dengan menampilkan kenyataan bahwa santrilah yang berperan besar dalam membangun bangsa ini, santrilah penegak panji-panji kebenaran, dan santrilah yang ikut serta mempertahankan pilar-pilar bangsa. Kaum santri pun salah satu pelopor perubahan yang mengubah perilaku masyarakat serta merubah moral dan menta bangsa. Dan semuanya santri lakukan untuk kepentingan bangsa dan negara. Ilmu tersebut didapatkan Karena santri mengaji dan membuka jendela khazanah pengetahuan. Membaca ayat-ayat yang tersurat maupun yang tersirat, menelaah kekuasaan Allah menciptakan negeri yang subur dan makmur, luas membentang dari sabang sampai merauke dengan kekayaan alam dan budaya yang begitu melimpah. Dan untuk mensyukuri nikmat tersebut maka patutlah santri mengobarkan semangat membela tanah air.
Pengabdian santri selanjutnya adalah berusaha menjaga empat pilar bangsa sebagai dasar pemahaman untuk mengedepankan rasa cinta tanah air, yaitu Pancasila, NKRI, Bhineka  Tunggal Ika dan UUD 1945. Sehingga santri menjadi aset berharga bagi bangsa dan negara ini. Empat pilar tersebut dijaga erat erat oleh kalangan santri menuju masyarakat madani yang mampu menyeimbangkan pengetahuan spiritual dalam kemapanan jiwa nasionalisme. Intelektualitas para santri pun menjadi pertimbangan dalam menjaga pilar pilar bangsa dengan landasan agama. Sehingga kaum santri tidak menghilangkan   pilar bangsa, tetpi justru meguatkan pilar tersebut dengan pondasi agama yang kuat pula. Sebagai bukti bahwa agama Islam yang menjadi pondasi para santri menguatkan pilar-pilar bangsa diantaranya :
Santri dan Pancasila
Pancasila atau lima dasar Negara ini diaplikasikan sedemikian rupa dalam kehidupan bermasyarakat para santri. Sehingga menjadi dasar untuk menjalankan sosialisasi dan memenuhi kewajiban beragama. Sebagai contoh sila ketiga “Persatuan Indonesia” diimplementasikan dalam sikap persatuan dan kesatuan di lingkungan masyarakat kecil. Persatuan dan kesatuan pun tidak menjadi asing lagi untuk kalangan santri, karena dengan dasar persatuan para santri bergotong royong bekerja bersama membersihkan lingkungan , bersama-sama menjaga keamanan, bahkan berbaur bersama-sama menegakkan perintah agama dalam lingkup masyarakat kecil yang disebut pondok pesantren. Di pondok santri belajar menerapkan salah satu syariat agama Islam dan salah satu dasar negara dalam menjaga persatuan. Gambaran lainnya, ketika pihak pondok pesantren sedang melakukan pembangunan asrama misalnya, maka semua santri tergerak hatinya untuk bersatu saling membahu untuk ikut serta meringankan beban pesantren. Menjaga persaatuan tanpa pamrih semata-mata hanya untuk menggapai keridhaan Allah Swt.
Contoh lain seperti penerapan sila ke-4 mengenai kerakyatan, musyawarah dan mufakat. Hal tersebut telah lebih dahulu santri terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti adanya muhadzarah, bahtsul wasail, muzakarah dan lain-lain yang menggambarkan kerakyatan di kalangan santri yang tidak hidup sendiri. Mampu menyatukan beragam pendapat melalui kegiatan-kegiatan musyawarah yang menghasilkan suatu persetujuan. Sehingga masalah-masalah yang muncul dipecahkan dengan musyawarah untuk menemukan solusi terbaik.
Santri dan UUD 1945
Menjadikan Al-Qur’an sebagai hukum tertinggi diatas hukum yang lain, tidak menghalangi kalagan santri untuk mengaplikasikan UUD 1945 sebagai hukum kenegaraan selama aturan UUD tersebut tidak keluar dari ajaran syariat agama Islam. Karena rujukan hukum kenegaraan juga sangat dibutuhkan, tanpa mengurangi esensi dan kemurnian Al-qur’an sebagai hukum tertinggi bagi kaum muslimin.  Sehingga tidak menjdi hal yang aneh lagi ketika dikalangan para santri pun ada yang disebut UU atau aturan, sebagai pembelajaran bagi santri bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ada aturan yang mengikat dan perlu ditaati sehingga tumbuhlah pemahaman untuk menjaga dan melestarikan UUD 1946 sebagai aturan dasar pemerintahan.
Santri dan Bhineka Tunggal Ika
Menurut data di tahun 2016 terdapat sekitar 4.028.660 santri yang mondok di 28.961 lembaga pendidikan pondok pesantren di Indonesia (Suwendi, 2017) , semuanya berusaha mencetak genarisi unggul harapan bangsa dalam kemajemukan dan berbagai macam perbedaan. Dengan terciptanya keamanan dalam perbedaan telah menunjukan penerapan prinsip bhineka tunggal ika di kalangan ssantri dan pondok pesantren. Berusaha menjaga kerukunan dan kebersamaan walupun berbeda latar belakang. Di lingkungan pesantren, santri sangatlah heterogen, datang dari berbagai penjuru nusantara dengan membawa latar belakang, suku, adat, kebudayaan dan kebiasaan yang berbeda-beda. Tetapi dengan perbedaan tersebut justru mendorong santri untuk meningkatkan ukhuwah persaudaraan antar sesama ummat Islam. Sebut saja sebuah pondok pesantren yang masyhur yaitu Gontor, dengan ribuan santrinya yang tidak hanya pribumi saja tapi santrinya datang dari berbagai penjuru bahkan jauh dari seberang pulau, memang beragam tetapi keutuhan dan persahabatan terjalin begitu erat dalam keberagaman tersebut. Justru dengan perbedaan tersebut para santri belajar banyak tentang kehidupan bermasyarakat secara luas karena yakin dengan keberadaan semboyan bangsanya bahwa walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan. Santri yang datang dengan membawa perbedaan tersebut memiliki berbagai macam karakter tetapi memiliki satu tujuan yakni memperoleh ilmu yang bermanfaat demi kemajuan bangsa, negara dan agama. 
Santri dan NKRI
Inilah bukti terbesar bahwa hubbul wathan melekat di hati kaum santri yakni bsarnya buah pemikiran dan pengorbanan santri bagi kemajuan bangsa ini. Untuk memepertahankan kemerdekaan yang dahulu telah dibangun susah payah oleh kalangan ulama. Sehinga mampu menumbuhkan rasa ingin meneruskan estafet perjuangan para ulana tersebut. Sampai kita tau bahwa ada santri yang menjadi menteri bahhkan santri yang menjadi presiden, ialah KH Abdurrahman Wahid (Gusdur) ulama -dahulunya seorang santri- ini maju menjadi orang nomer satu di Indonesia menjadi bukti bahwa generasi santri bisa menjadi sosok yang unggul di berbagai bidang. Resolusi jihad yang ditawarkan oleh santri bagi negeri ini adalah jihad menuntut ilmu dengan menyeimbangkan IPTek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dan Imtak (Iman dan Takwa) sehingga mampu mewujudkan kebahagian yang hakiki di dunia dan di akhirat. Santri bukanlah ‘sampah’ bagi NKRI, tapi santri adalah generasi emas yang mempunyai bakat memimpin negeri ini untuk mencapai tujuan utama yaitu kemerdekaan bangsa yang hakiki dzahir dan bathin. Tidak hanya merdeka secara aklamasi saja tapi merdeka dari segi pendidikan, kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Tinta emas yang dituangkan dan buah pemikiran yang telah diamalkan adalah bentuk pertahanan dan pengorbanan santri untuk NKRI. Santri yang mandiri telah menjadikan NKRI ini hebat. Santri ikut serta dalam menyumbangkan aura positif dan keberkahan untuk negeri ini dengan bersholawat, melantunkan ayat suci Al Qur’an dan amar ma’ruf nahyi munkar. Begitulah cara santri menjaga pertiwi tercinta ini.
Itulah santri sejati, santri sesungguhnya yang telah memberikan gambaran dan contoh kepada kita tentang perannya menggenggam erat empat pilar bangsa demi mewujudkan NKRI yang baldatun Thayyibatun wa rabbun gahfuur serta mewujudkan bangsa yang merdeka secara utuh di segala aspek.
Gambaran pengabdian santri untuk negeri dai zaman Pangeran Dipenogoro, Imam Bonjol, KH Zaenal Mustafa, KH Ruhiyat, KH Ahmad Dahlan sampai kini tak mampu dituangkan dalam lembaran-lembaran yang utuh karena tidak terhitung betapa besar dan beratnya perjuangan kaum santri dalam membangun dan mempertahankan kemerdekaan. Hanya saja, nilai-nilai keemasan dan jasa-jasa mereka disimpan rapih dalam benak ingatan rakyat Indonesia khususnya kaum Muslimin. Santri dan Indonesia layaknya jari telunjuk dan jari tengah yang sangat dekat hubungannya. Tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Santri jelas membutuhkan keberadaan negeri ini sebagai tempat yang aman menuntut ilmu, dan Indonesia butuh kaum santri untuk menjaga, melestarikan dan mempertahankan kemerdekaan yang telah dibangun dengan jerih payah perjuangan. Santri dan Indonesia seyogyanya merupakan dua unsur yang saling menguatkan dalam menghadapi guncangan kemajuan zaman. Perubahan yang kian cepat, harus bisa diberi solusi agar bangsa ini tetap mempertahankan moral dan etikanya. Semuanya tidak lepas dari banyak pihak yang harus membantu, termasuk kaum santri, ulama dan para habaib. Tentu negeri yang makmur ini akan  bertambah keberkahannya dan semakin dilindungi oleh Allah SWT.
Oleh sebab itu, sudah sepatutnya santri dan rakyat lainnya bersatu membangun negeri ini, menjauhkan dari keterpurukan. Membangkitkan semangat jiwa nasionalisme yang lama terpendam. Bersama-sama melaksanakan cita-cita mulia mewujudkan negeri yang makmur jaya sentosa berdasarkan keimanan dan ketakwaan dengan moral dan mental bngsa yang baik.
Hal lain yang harus kita yakini adalah, santri yang kuat akan menjelma menjadi ulama yang hebat. Ulama yang hebat akan menjadikan bangsa ini cermat. Bangsa yang cermat akan membawa rakyatnya menuju kemakmuran dan kesejahteraan. Khusus untuk santri di seluruh nusantara, berjihadlah dengan ilmu, tumbuhlah dengan ilmu, bangkitlah dengan ilmu, sejahterakan negeri ini dengan ilmu. Karena ilmu akan membawa kemanfaatan di dunia dan di akhirat. Akhirnya kita hanya bisa mengharapkan ridha Illahi di bumi pertiwi ini.
Dari santri untuk santri, dari santri untuk NKRI.

( WG SANTRI INDONESIA )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar