Minggu, 26 November 2017

Secangkir Kopi untuk Sang Pengagum Rembulan

Secangkir Kopi untuk Sang Pengagum Rembulan

Oleh : Kang Hasan
SANINDO EKS SEMARANG
SANINDO D
SANINDO KENDAL

Kegelapan tak selamanya menakutkan..
Ketika secangkir kopi selalu setia menemani..
Sejuta inspirasi pun silih berganti menghampiri..
Menambah nikmat setiap tetesan yang membasahi mulut sang pencari jati diri.. Lewat secangkir kopi ini.. kupersembahkan satu puisi.. Untuk kau yang selalu melengkapi.. Walau banyak yg mencela.. Walau tak sedikit yg berkata.. "ahh hidup jangan kau sia-siakan hanya untuk bertengger di bawah rembulan".. dingin., sunyi., gelap., sepi.. Lebih baik terbaring di gulungan kain yg membungkus badanmu.. Tak asing kata itu menghajar telingaku.. Tapi pancaran rembulan terus menarik hasratku..
Hati ini telah terpikat oleh cahaya yang tak begitu terang.. Karna di situlah mata ini sadar.. tak ada yg patut dibanggakan oleh bulatan kecil ini.. Dia sama sekali tak berkutik di kegelapan..
Di situlah rasa syukur tumbuh subur.. Di saat mata ini menatap siang yang begitu bangga dengan sinarnya.. Tapi di situlah ribuan alasan datang.. Dengan dalih mencari kebutuhan.. Kau lupa siapa yang mengubah warna alam yang kau pijak ini.. Di saat diberi warna gelap, kau pun terlelap..
Di saat ribuan warna terlihat, kau maksiat..
Sadarkah kau.. Di saat gelap datang..
Sang pengagum rembulan menyimpan kekhawatiran..
Menyimpan harapan besar.. Agar mampu melihat kembali warna-warna yang hilang..

https://www.instagram.com/p/Bb-kXQXherq/

#wgsantriindonesia
#penikmatkopi
#sanindoekssemarang
#sanindokendal
#santrikeren
#santrinkri

Sabtu, 25 November 2017

MAKNA JAN**K

MAKNA JAN**K

Oleh : Kang Alif
SANINDO EKS KEDIRI
SANINDO FAVORITE CLASS

Meskipun kata jan**k tidak ada dalam kutubussalaf setidaknya kita tau apa itu ​​​al adab fauqol ilmi​​​, apa itu ​al adat muhakkamah, dua itu saja (sebenarnya masih banyak., Dan telah di singgung mulai kitab terkecil namun galak.. syarah sulamuttaufiq.. hingga yang ber juz-juz dari berbagai fan
ilmu., Tapi jika semua di kupas satu persatu di sini malah akan menjadi kalam idnab yang membosankan).

Seandainya kata tersebut menurut yang mengklaim ini gak dosa sebab tidak ada di kitab.. (ya jelas…! beda zaman., Sekarang zaman micin,. nama kitab saja mungkin tidak tahu!) ooo ini sebenarnya kepanjangan dari begini-begini.. (tau dari mana? Sanadnya muttasil tidak? Kredibel? Atau hanya "jare"? pepatah jawa mengatakan otak atik mathuk Demi melegalkan?)

Buktinya ada komunitas yang namanya jan***ers. (lha kita ikut2n emangnya udah cerdas alim allamah tha..?hanya ikut2.. ngerti tha nggak tujuan kenapa kok di namai seperti itu? Nuktah.. hikmah sirrinya yang kita gali,. bukan namanya yang kita pakai secara serampangan,. Ini keblingernya generasi micin,. malah ada di "mbah google" nggak tau siapa muallifnya atau mushonnifnya (bisa jadi orang perempatan lampu stopan) tiba-tiba kata ja***k di syarahi dengan gaya bahasa yang begitu rapi nan indah bijaksana,.

Dan ini pentingnya berguru pada kyai bukan mbah gogle., bukan hanya undzur ma qola wa la tandzur man qola,. Tapi keduanya harus singkron,. harus jelas ilmu yang diperoleh dari siapa, (gelem tah melu mbah fir'aun, dawuhe mbah fir'aun pokok apik di elok i) mbah google hanya sebatas tambahan wawasan,. jalan spiritual dan landasan mencari tuhan tetap pada nderek kyai.

Mereka para kelompok "garis miring" menafsiri dan menafsiri arti kata j****k sehingga lahirlah banyak jalan tafsiran yang intinya cuma satu yaitu melegalkan kata j****k,. namanya nafsu pasti menyetujui saja.. penting dalil itu menguntungkan bagi kita, ya kita pake, sekali lagi pake dalil atsar undzur ma qola bla bla bla.. (padahal tak tahu siapa muallifnya)

Sudah.. kembali ke awal... lantas jika memang itu bukan lah perkataan yang tidak baik,. kita praktekkan,. coba kita2 bertutur kata yang halus kepada orang tua kita,. orang tua kita di bisik-bisiki perkataan seperti itu..
bagaimana reaksi mereka...?
sekali lagi Al ilmu fauqol adab., Al adat mukhakkamah...
jika reaksi mereka benci berarti fal yaqul khoiron au liyasmud...
jika reaksi mereka baik..
kullu waladin yuuladu alal fitroh hatta........ ila ahirihi...
istafti qolbak...
Sekian saya tutup...

RUNTUHNYA RASA HORMAT KARENA KURANGNYA PENDIDIKAN AKHLAQ

#wgsantriindonesia
#sanindoekskediri
#sanindojatim
#ta'limulama
#kyai
#gurukubukanmbahgoogle
#ilmu

Jumat, 24 November 2017

AKIBAT DURHAKA KEPADA GURU

AKIBAT DURHAKA KEPADA GURU

Oleh : Kang Balvah
SANINDO KUDUS
SANINDO FAVORITE CLASS

Salah satu penyebab sulitnya rezeki adalah durhaka kepada Guru, sombong, angkuh, meremehkan.
Jangan kamu datang kepada Guru hanya karena ingin mendapatkan ilmu, namun kamu melupakan dan menjauhi ketika kamu merasa sudah tidak membutuhkan.
Ingatlah,! keberkahan ilmu dan rezeki mu terdapat pada Adab mu terhadap Guru.

Sedikit kisah di Tarim ada seorang Murid yang durhaka kepada Gurunya..

Dikisahkan belasan tahun lalu seorang santri yang sedang nyantri di rubat tarim yang saat itu diasuh habib abdulloh assyatiri, dia dikenal sangat Alim hingga mampu menghafal kitab tuhfatul muhtaj 4 jilid. siapa tak kenal dia?? Semua tau bahwa ia sangat Alim bahkan diprediksi sebagai calon ulama besar.

Nah, Suatu hari disaat habib abdulloh mengisi pengajian rutin santri, tiba tiba habib bertanya tentang santri yang sangat terkenal Alim itu. "Kemana si fulan???" Semua santri bingung menjawab pertanyaan sang guru.

Ternyata santri yang dimaksud tidak ada di pondok melainkan keluar berniat mengisi pengajian di kota mukalla tanpa izin.

Akhirnya habib abdulloh assyatiri yg sangat terkenal Allamah dan Waliyulloh berkata : "baiklah orangnya boleh keluar tanpa izin, tapi ilmunya tetap disini!!!".

Di kota mukalla, santri yang sudah terkenal Alim tersebut sudah di nanti nantikan para pecinta ilmu untuk mengisi pengajian di masjid omar mukalla.

Singkat cerita si santri ini pun maju kedepan dan mulai membuka ceramahnya dengan salam dan muqaddimah pendek.

Allohu akbar !!! Ternyata, setelah membaca amma ba'du si Alim ini tak mampu berkata sama sekali, bahkan kitab paling kecil sekelas Safinah pun tak mampu ia ingat sedikitpun..

Sontak dia tertunduk dan menangis.. para hadirin pun heran, "Ada apa ini???",, akhirnya Salah satu Ulama kota mukalla pun menghapirinya dan bertanya; "Saudara mengapa begini??? Apa yang saudara lakukan sebelumnya?".

Dia menjawab : "aku keluar tanpa izin habib dari pesantren." Dia terus menangis , dan Beberapa orang menyarankan agar ia meminta maaf kepada Habib.

Parahnya dia dengan sombong tidak mau meminta maaf!!. Kesombongannya ini membuat semua orang menjauhinya, dan tidak ada satupun yang perduli padanya, bahkan hidupnya setelah itu sangat miskin dan terlunta lunta dengan menjual daging ikan kering.

Dan disaat ia meninggal,dia mati dalam keadaan miskin bahkan kain kafannya pun tak mampu dibeli dan akhirnya diberi oleh seseorang.

"Santri Yang Manfaat...Bukanlah Yang Paling Banyak Hafalannya, Yg Paling Bagus Penjelasan Kitabnya, Yang Selalu Juara Kelas.....Tapi Santri Yang BerManfaat Yang Paling Hormat dan Taat Kepada Gurunya...Dan Menganggap Dirinya Bkn Siapa-siapa Di Hadapan Gurunya..."

( WG SANTRI INDONESIA )

Rabu, 22 November 2017

ADAB TERHADAP GURU DAN PARA ULAMA

ADAB TERHADAP GURU DAN PARA ULAMA

Oleh : Kang Balvah
SANINDO KELAS FAVORIT
SANINDO EKS PATI

رأيت أحق الحق حق المعلم
وأوجـبه حفظا على كل مسلم

Aku telah menyaksikan bahwa hak seseorang yang paling tinggi kedudukannya dan yang paling prioritas adalah haknya seorang guru. Dan paling wajib dipelihara oleh setiap muslim

لقد حق أن يهدى إليه كرامة
لتعليم حرف واحد ألف درهم

Sungguh sangat berhak baginya mendapatkan hadiah dan kehormatan
Atas satu huruf yang diajarkannya sebesar 1000 dirham

ومن توقير المعلم أن لايمشى أمامه، ولا يجلس مكانه، ولا يبتدئ بالكلام عنده إلا بإذنه، ولا يكثر الكلام عنده، ولا يسأل شيئا عند ملالته ويراعى الوقت، ولا يدق الباب بل يصبر حتى يخرج الأستاذ. ومن توقيره: توقير أولاده ومن يتعلق به

Dan di antara bentuk penghormatan terhadap Guru adalah tidak berjalan di depannya, tidak duduk pada tempat duduknya, tidak memulai pembicaraan kecuali dengan izinnya, tidak banyak bicara di hadapannya, tidak banyak bertanya saat ia sedang dalam keletihan, dan perhatikanlah waktu yang tepat. Juga tidak mengetuk pintu akan tetapi hendaknya bersabar sampai ia sendiri yang keluar dari rumahnya. Termasuk arti menghormati guru pula, yaitu menghormati putra-putrinya dan semua orang yang memiliki hubungan dengannya.

فالحاصل: أنه يطلب رضاه، ويجتنب سخطه، ويمتثل أمره فى غير معصية لله تعالى، فإنه لا طاعة للمخلوق فى معصية الخالق كما قال النبى صلى الله عليه وسلم: إن شر الناس من يذهب دينه لدنيا بمعصية الخالق.

Pada pokoknya, adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan amarahnya dan menjunjung tinggi perintahnya selain kemaksiatan terhadap Allāh ta'āla, sebab tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan terhadap Sang Pencipta. Sebagaimana sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam: "Seburuk-buruk manusia adalah yang meninggalkan agamanya untuk mendapatkan kesenangan dunia dengan cara bermaksiat kepada Sang Pencipta."

#Dikutip dari : Kitab Ta'līmul Muta'allim Lil Imām Burhanuddin Az-Zarnūjī

Selasa, 21 November 2017

Meniti Jalan Sunyi

Meniti Jalan Sunyi

Oleh : Hamba Allah
SANINDO EKS KEDIRI
SANINDO F

Jalan sunyi ini seringkali penuh luka.
Tapi begitu hangat dengan cinta.
Jalan sunyi ini sesekali menggenangkan kecewa.
Tapi selalu ada kesempatan bagi kita untuk bahagia.
Apalagi jika bisa bersama Dia di surga.

Inilah dia jalan sunyi.
Sepi.
Hingga tak jarang yang melarikan diri.

Inilah dia, jalan sunyi.
Tak sedikit yang tersakiti.
Hingga beberapa orang akan mengundurkan diri.

Inilah dia, jalan sunyi.
Jauh dari hingar bingar puji.
Namun, banyak yang harapkan ridha Ilahi.
Demi tempati tahta surga abadi.

Inilah dia jalan sunyi.
Kita pun tak perlu meminta tepuk tangan dari semesta.
Sebab kita tak memerlukannya.
Mintalah cahaya-Nya.
Agar jalan kita tak lagi gulita.

Ibnu Atha'illah al-Iskandari menasehati kita. Katanya, "Orang-orang yang sedang menuju Allah, mendapat petunjuk melalui cahaya perjalanan. Sedangkan orang-orang yang sudah sampai kepada-Nya mendapat petunjuk melalui cahaya pertolongan dengan-Nya. Golongan pertama mendatangi cahaya, sedangkan golongan kedua didatangi cahaya. Allah swt berfirman, 'Katakan Allah', lalu biarkan mereka bermain-main dalam kesibukannya".

( WG SANTRI INDONESIA )

Sabtu, 18 November 2017

PAHLAWAN ZAMAN "NOW"

PAHLAWAN ZAMAN "NOW"

Oleh :
Muhammad Wafa Ridwanulloh
(Siswa XII MIA 3 MAN 2 Tasikmalaya)
SANINDO KELAS E
SANINDO EKS PRIANGAN

Tanggal 10 November merupakan momentum sejarah yang tidak mungkin terlupakan. 10 November 1945, kala itu terjadi sebuah pertempuran yang benar-benar membakar semangat juang rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan.

Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pasukan tentara Indonesian dan pasukan Britania Raya. Pertempuran ini merupakan pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah revolusi nasional Indonesia. Ia merupakan sebuah simbol nasional atas keberhasilan perjuangan melawan kolonialisme. Perjuangan melawan kolonialisme tersebut tidak mampu dilakukan tanpa pengorbanan jiwa raga para pahlawan. Banyak di antara pahlawan kita yang ikut andil bahkan menjadi komando pasukan pertempuran Surabaya. Di antara nya KH Hasyim Asy’ari, Bung Tomo, KH Wahab Hasbulloh, KH Masykur dan masih banyak lagi. Jumlahnya  mencapai 30.000 pasukan.

Maka dari itu, sesuai dengan PP No. 2/Um tahun 1946,  Presiden Soekarno menetapkan 10 November sebagai hari pahlawan. Karena menyadari arti penting perjuangan para pahlawan, sehingga muncul sebuah pola pemikiran bahwa bangsa yang besar aalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.

Penetapan hari pahlawan ini merupakan salah satu bentuk penghargaan setinggi-tingginya bagi para pahlawan.
Memaknai hari pahlawan, tentu kita berfikir dan beropini bahwa sekarang sudah bukan zamannya kolonialisme yang untuk melawannya mesti mengerahkan seluruh tenaga. Kita menyadari bahwa mutu peringatan hari pahlawan semakin hari kian menurun. Peringatan hanya dijadikan seremonial belaka tanpa ada timbal baik dari pribadi setiap orang terhadap nilai kepahlawanan. Memang sekarang bukan zamannya kita memerangi bangsa lain yang ingin merongrong kedaulatan negeri ini dengan menggunakan senjata bambu runcing. Tetapi musuh nyata yang mengganggu kestabilan negeri ini adalah perilaku bangsanya sendiri.

Tanpa disadari, musuh terbesar negara Indonesia adalah bangsa Indonesia itu sendiri. Dengan menjamurnya Korupsi yang mulai  masuk staduium IV, maraknya berita hoax, beredarnya fitnah dan kebencian yang saling menjatuhkan, nepotisme kian merajalela, akhlak pemuda sulit diperbaharui, kejahatan dan tingkat kriminaitas yang amat tinggi, dan masih banyak lagi musuh musuh negeri ini. Semuanya merupakan bentuk kolonialisme yang tak nampak.

Menghadapi situasi seperti ini, sekarang kita sangat berharap munculnya pahlawan-pahlawan baru yang mampu membangun negeri ini. Indonesia butuh pahlawan yang adil, bijaksana, jujur dan bertanggung jawab menentukan nasib bagsanya. Pahlawan-pahlawan itu, hari ini, adalah mereka yang mampu mewujudkan Indonesia yang adil, Indonesia yang damai, Indonesia yang anti korupsi, Indonesia yang demokratis dan Indonesia yang gemah ripah loh jinawi.

Pahawan zaman ‘now’ adalah mereka yang mampu membawa perubahan bermanfaat bagi negeri. Di samping kita melihat sisi negatif dari keterpurukan bangsa ini setelah merdeka 72 tahun yang lalu, kini kita juga telah menyadari bahwa akan muncul banyak pahlawan generasi muda yang mampu mewujudkan harapan bangsa. Sehingga terciptalah Indonesia yang merdeka lahir dan batin.

Karakteristik pahlawan zaman ‘now’ adalah setiap orang yang berani membela kebenaran, bersikap adil,  jujur dan memiliki manfaat bagi orang lain. Bisa kita uraikan kriteria pahlawan zaman ‘now’ sebagai berikut:
Setiap individu yang berani mengatakan “ya” pada kebenaran sekalipun semua orang berkata “tidak”. Ia juga berani mengatakan “tidak”  pada kebatilan sekali pun semua orang mengatakan “ya". Artinya orang semacam inilah yang siap di barisan paling depan membela kebenaran. Yaitu orang orang yang mengatakan haram pada narkoba dan mewajibkan taat lalu lintas, misalnya. Nah pahlawan-pahlawan inilah yang kemudian menjadi pelopor kebenaran. Berusaha beramal untuk mengedepankan kebenaran dan mengubur dalam-dalam kebatilan.
Setiap individu yang dengan sukrela membagi ilmu dan wawasannya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjauhkan bangsa ini dari kebodohan dan ketertinggalan. Merekalah guru-guru kita, kyai-kyai kita dan ulama-ulama kita. Guru, pahlawan tanpa gelar tanda jasa, pahlawan pencerahan yang menghidupkan cahaya kecerdasan bangsa.

Maka dari itu, guru adalah pahlwan zaman ‘now’ yang perannya  tidak kalah besar dengan pahlawan zaman dahulu. Guru adalah Bung Tomonya bangsa Indonesia masa kini. Kalau dulu Bung Tomo dan pasukannya menyerang penjajah dengan senjata bambu runcing, kini guru dan murid-muridnya menyerang kebodohan dengan ilmu. Generasi muda yang adil dan anti KKN merupakan buah pembelajaran karakter yang diberikan guru. Guru yang patut dianugrahi gelar pahlawan zaman ‘now’ adalah guru yang memiliki kelurusan niat mengajar siswanya, semata-maa untuk menggapai keridhaan Allah SWT dan mewujudkan tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Setiap individu yang memiliki kejujuran dan keadilan, adalah salah satu pahlawan zaman ‘now’ yang patut kita acungi jempol. Mereka-mereka ini adalah orang yang tidak mau merugikan negara dengan tipu dayanya. Pahlawan jenis ini bisa kita temui di lingkungan keeluarga, sekolah, atau masyarakat. Karena orang jujur adalah emas di antara tumpukan pasir, maka orang jujur akan sulit kita temui. Contoh kecil saja, sikap menyontek merupkan kejujuran yang tertunda. Atau seorang anak yang sering mengelabui orang tuanya perihal uang saku sudah sering  kita jumpai.

Itulah segelintir ciri orang-orang yang patut diberi gelar pahlawan walaupun tanpa tanda jasa. Orang-orang seperti inilah yang sedang dibutuhkan negara Indoneisa. Orang-orang sepertti inilah yag mampu memajukan indoneia baik di sektor keuangan, sosial, pendidikan, kultur, kelautan, etis dan masih banyak lagi.
Peran generasi mudalah yang sangat diperlukan sebagai tumpuan harapan bangsa ini. Kalau  bukan kita mau siapa lagi? Pahlawan zaman ‘now’  atau pahlawan masa kini bukan lagi memerangi musuh yang nyata dari bangsa lain, tetapi lebih berat lagi tantangannya yakni memerangi musuh yang samar dari bangsa kita sendiri, bukan orang lain.

Semoga pemuda pemudi masa kini mampu meneruskan estafet perjuangan para pahlawan yang telah gugur mendahului kita. Semoga arwah para pahlawan mendapat ketenangan dan ketentraman di alam sana, sebagai balasan atas perjuangan dan pengorbanan mereka bagi bangsa ini. Aamiin.

( WG SANTRI INDONESIA )

Pengabdian Santri untuk Negeri, Meraih Ridho Illahi di Bumi Pertiwi

Pengabdian Santri untuk Negeri, Meraih Ridho Illahi di Bumi Pertiwi

Oleh :
Muhammad Wafa Ridwanulloh
SANINDO KELAS E
SANINDO EKS PRIANGAN

Santri dan kyai bagaikan sapu lidi, santri adalah ratusan lidi yang bercerai-berai dan kyai adalah pengikatnya. Dianalogikan demikian karena dibawah komando seorang kyai terdapat ratusan bahkan ribuan santri yang mengorbankan jiwa raganya demi kepentingan bangsa dan agama. Landasan keimanan dan ketakwaan mengiring mereka menuju perjalanan mulia menempuh kemenangan. Latar belakang Hubbul Wathan Minal Imaan (cinta tanah air sebagian dari iman) menjadi benteng yang kuat dan tak terpecahkan. Kobaran semangat yang menggetarkan jiwa, sungguh untuk mencapai tujuan utma hidup di dunia yaitu ‘Isy Kariiman Au Mut Syahiidan, hidup menjadi sosok yang mulia atau mati menjadi seorang syuhada yang membela kebenaran. Oleh sebab itu darah rela ditumpahkan, tulang sedia diremukkan, dan harta secara ikhlas disumbangkan demi tanah air. Begitulah zaman dahulu ketika para ulama bersama santrinya memadukan kekuatan untuk menyingkiran bangsa barat dan antek antek penjajah yang biadab. Seperti seorang tokoh muslim yang berjuang bersama santri-santrinya melawan kolonialisme, KH Zaenal Musthafa, tokoh sekaligus pahlawan legendaris asal Tasikmalaya yang merupakan seorang kyai yang kisahnya selalu terangkat dan terkenang di hati masyarakat. Beliaulah seorang pejuang ummat yang rela mempertaruhkan nyawanya demi kemaslahatan umat, beliau membela agama Allah setinggi-tingginya dan berjuang merebut kemerdekaan bangsanya. Bersama para santri, beliau melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Jepang kala itu, hanya berbekal senjata bambu runcing mereka menjadi gardu terdepan dalam membela tanah air. Masih banyak lagi kisah kyai dan sntrinya yang berjuang mati-matian untuk kemerdekaan negeri ini. Tak hanya itu, buah pemikiran dan pendapat mereka pun sangat penting untuk mempertahankan NKRI ini. Seperti tokoh-tokoh organisasi islam KH Hasyim Asy ‘Ary, KH Ahmad Dahlan, KH Ruhiyat, KH Agus Salim, dan masih banyak lagi. Lantas darimana kalangan ulama-ulama intelektual itu lahir? Mereka lahir dari kalangan santri.
Pengabdian kaum santri tidak cukup sampai membela kemerdekaan saja, tapi santri ikut serta dalam menjaga dan melestarikan kemerdekaan ini. Kini, kaum santri berperan di tengah- tengah masyarakat untuk membangkitkan kembali rasa nasionalisme yang bermuara pada kewajiban dalam agama yakni Hubbul Wathan Minal Iman. Sejarah panjang perjuangan kaum santri menjadi ibrah atauu pembelajaran bahwa dahulu pahitnya perjuangan dan pahitnya kesengsaraan demi tanah air begitu terasa. Sekarang hanya tinggal menikmati manisnya kemerdekaan. Maka perspektif selanjutnya adalah mengimplementasikan hakikat kemerdekaan ini menjadi jiwa nasionalisme sehingga santri yang merupakan kader ulama, akan menjadi generasi emas dan cemerlang di masa yang akan datang. Generasi yang tidak gentar akan kedzaliman, dan menegakkan panji-panji kebenaran di tanah pertiwi ini. Serta dapat menjadi generasi cerdas dan intelektual bukan hanya di bidang keagamaan saja tapi di bidang nasional kebangsaan. Karena yang dibutuhkan bangsa ini di masa depan, bukanlah generasi yang kaya atau generasi yang bergelar sarjana, tetapi bangsa ini butuh sosok intelektual yang jujur dan bertanggung jawab. Dan diantara mereka adalah kalangan santri, karena santri diajarkan bagaimana menjadi insan yang cerdas dan berguna bagi masyarakat.
Santri sejati seyogyanya dapat merubah pola pikir yang tumbuh di masyarakat tentang keberadaan santri sebagai kalangan yang kuno dan ketinggalan zaman. Atau pemikiran bahwa santri itu perusak dan jorok. Pandangan tersebut hrus benar benar dirubah 360 derajat dengan menampilkan kenyataan bahwa santrilah yang berperan besar dalam membangun bangsa ini, santrilah penegak panji-panji kebenaran, dan santrilah yang ikut serta mempertahankan pilar-pilar bangsa. Kaum santri pun salah satu pelopor perubahan yang mengubah perilaku masyarakat serta merubah moral dan menta bangsa. Dan semuanya santri lakukan untuk kepentingan bangsa dan negara. Ilmu tersebut didapatkan Karena santri mengaji dan membuka jendela khazanah pengetahuan. Membaca ayat-ayat yang tersurat maupun yang tersirat, menelaah kekuasaan Allah menciptakan negeri yang subur dan makmur, luas membentang dari sabang sampai merauke dengan kekayaan alam dan budaya yang begitu melimpah. Dan untuk mensyukuri nikmat tersebut maka patutlah santri mengobarkan semangat membela tanah air.
Pengabdian santri selanjutnya adalah berusaha menjaga empat pilar bangsa sebagai dasar pemahaman untuk mengedepankan rasa cinta tanah air, yaitu Pancasila, NKRI, Bhineka  Tunggal Ika dan UUD 1945. Sehingga santri menjadi aset berharga bagi bangsa dan negara ini. Empat pilar tersebut dijaga erat erat oleh kalangan santri menuju masyarakat madani yang mampu menyeimbangkan pengetahuan spiritual dalam kemapanan jiwa nasionalisme. Intelektualitas para santri pun menjadi pertimbangan dalam menjaga pilar pilar bangsa dengan landasan agama. Sehingga kaum santri tidak menghilangkan   pilar bangsa, tetpi justru meguatkan pilar tersebut dengan pondasi agama yang kuat pula. Sebagai bukti bahwa agama Islam yang menjadi pondasi para santri menguatkan pilar-pilar bangsa diantaranya :
Santri dan Pancasila
Pancasila atau lima dasar Negara ini diaplikasikan sedemikian rupa dalam kehidupan bermasyarakat para santri. Sehingga menjadi dasar untuk menjalankan sosialisasi dan memenuhi kewajiban beragama. Sebagai contoh sila ketiga “Persatuan Indonesia” diimplementasikan dalam sikap persatuan dan kesatuan di lingkungan masyarakat kecil. Persatuan dan kesatuan pun tidak menjadi asing lagi untuk kalangan santri, karena dengan dasar persatuan para santri bergotong royong bekerja bersama membersihkan lingkungan , bersama-sama menjaga keamanan, bahkan berbaur bersama-sama menegakkan perintah agama dalam lingkup masyarakat kecil yang disebut pondok pesantren. Di pondok santri belajar menerapkan salah satu syariat agama Islam dan salah satu dasar negara dalam menjaga persatuan. Gambaran lainnya, ketika pihak pondok pesantren sedang melakukan pembangunan asrama misalnya, maka semua santri tergerak hatinya untuk bersatu saling membahu untuk ikut serta meringankan beban pesantren. Menjaga persaatuan tanpa pamrih semata-mata hanya untuk menggapai keridhaan Allah Swt.
Contoh lain seperti penerapan sila ke-4 mengenai kerakyatan, musyawarah dan mufakat. Hal tersebut telah lebih dahulu santri terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti adanya muhadzarah, bahtsul wasail, muzakarah dan lain-lain yang menggambarkan kerakyatan di kalangan santri yang tidak hidup sendiri. Mampu menyatukan beragam pendapat melalui kegiatan-kegiatan musyawarah yang menghasilkan suatu persetujuan. Sehingga masalah-masalah yang muncul dipecahkan dengan musyawarah untuk menemukan solusi terbaik.
Santri dan UUD 1945
Menjadikan Al-Qur’an sebagai hukum tertinggi diatas hukum yang lain, tidak menghalangi kalagan santri untuk mengaplikasikan UUD 1945 sebagai hukum kenegaraan selama aturan UUD tersebut tidak keluar dari ajaran syariat agama Islam. Karena rujukan hukum kenegaraan juga sangat dibutuhkan, tanpa mengurangi esensi dan kemurnian Al-qur’an sebagai hukum tertinggi bagi kaum muslimin.  Sehingga tidak menjdi hal yang aneh lagi ketika dikalangan para santri pun ada yang disebut UU atau aturan, sebagai pembelajaran bagi santri bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ada aturan yang mengikat dan perlu ditaati sehingga tumbuhlah pemahaman untuk menjaga dan melestarikan UUD 1946 sebagai aturan dasar pemerintahan.
Santri dan Bhineka Tunggal Ika
Menurut data di tahun 2016 terdapat sekitar 4.028.660 santri yang mondok di 28.961 lembaga pendidikan pondok pesantren di Indonesia (Suwendi, 2017) , semuanya berusaha mencetak genarisi unggul harapan bangsa dalam kemajemukan dan berbagai macam perbedaan. Dengan terciptanya keamanan dalam perbedaan telah menunjukan penerapan prinsip bhineka tunggal ika di kalangan ssantri dan pondok pesantren. Berusaha menjaga kerukunan dan kebersamaan walupun berbeda latar belakang. Di lingkungan pesantren, santri sangatlah heterogen, datang dari berbagai penjuru nusantara dengan membawa latar belakang, suku, adat, kebudayaan dan kebiasaan yang berbeda-beda. Tetapi dengan perbedaan tersebut justru mendorong santri untuk meningkatkan ukhuwah persaudaraan antar sesama ummat Islam. Sebut saja sebuah pondok pesantren yang masyhur yaitu Gontor, dengan ribuan santrinya yang tidak hanya pribumi saja tapi santrinya datang dari berbagai penjuru bahkan jauh dari seberang pulau, memang beragam tetapi keutuhan dan persahabatan terjalin begitu erat dalam keberagaman tersebut. Justru dengan perbedaan tersebut para santri belajar banyak tentang kehidupan bermasyarakat secara luas karena yakin dengan keberadaan semboyan bangsanya bahwa walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan. Santri yang datang dengan membawa perbedaan tersebut memiliki berbagai macam karakter tetapi memiliki satu tujuan yakni memperoleh ilmu yang bermanfaat demi kemajuan bangsa, negara dan agama. 
Santri dan NKRI
Inilah bukti terbesar bahwa hubbul wathan melekat di hati kaum santri yakni bsarnya buah pemikiran dan pengorbanan santri bagi kemajuan bangsa ini. Untuk memepertahankan kemerdekaan yang dahulu telah dibangun susah payah oleh kalangan ulama. Sehinga mampu menumbuhkan rasa ingin meneruskan estafet perjuangan para ulana tersebut. Sampai kita tau bahwa ada santri yang menjadi menteri bahhkan santri yang menjadi presiden, ialah KH Abdurrahman Wahid (Gusdur) ulama -dahulunya seorang santri- ini maju menjadi orang nomer satu di Indonesia menjadi bukti bahwa generasi santri bisa menjadi sosok yang unggul di berbagai bidang. Resolusi jihad yang ditawarkan oleh santri bagi negeri ini adalah jihad menuntut ilmu dengan menyeimbangkan IPTek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dan Imtak (Iman dan Takwa) sehingga mampu mewujudkan kebahagian yang hakiki di dunia dan di akhirat. Santri bukanlah ‘sampah’ bagi NKRI, tapi santri adalah generasi emas yang mempunyai bakat memimpin negeri ini untuk mencapai tujuan utama yaitu kemerdekaan bangsa yang hakiki dzahir dan bathin. Tidak hanya merdeka secara aklamasi saja tapi merdeka dari segi pendidikan, kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Tinta emas yang dituangkan dan buah pemikiran yang telah diamalkan adalah bentuk pertahanan dan pengorbanan santri untuk NKRI. Santri yang mandiri telah menjadikan NKRI ini hebat. Santri ikut serta dalam menyumbangkan aura positif dan keberkahan untuk negeri ini dengan bersholawat, melantunkan ayat suci Al Qur’an dan amar ma’ruf nahyi munkar. Begitulah cara santri menjaga pertiwi tercinta ini.
Itulah santri sejati, santri sesungguhnya yang telah memberikan gambaran dan contoh kepada kita tentang perannya menggenggam erat empat pilar bangsa demi mewujudkan NKRI yang baldatun Thayyibatun wa rabbun gahfuur serta mewujudkan bangsa yang merdeka secara utuh di segala aspek.
Gambaran pengabdian santri untuk negeri dai zaman Pangeran Dipenogoro, Imam Bonjol, KH Zaenal Mustafa, KH Ruhiyat, KH Ahmad Dahlan sampai kini tak mampu dituangkan dalam lembaran-lembaran yang utuh karena tidak terhitung betapa besar dan beratnya perjuangan kaum santri dalam membangun dan mempertahankan kemerdekaan. Hanya saja, nilai-nilai keemasan dan jasa-jasa mereka disimpan rapih dalam benak ingatan rakyat Indonesia khususnya kaum Muslimin. Santri dan Indonesia layaknya jari telunjuk dan jari tengah yang sangat dekat hubungannya. Tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Santri jelas membutuhkan keberadaan negeri ini sebagai tempat yang aman menuntut ilmu, dan Indonesia butuh kaum santri untuk menjaga, melestarikan dan mempertahankan kemerdekaan yang telah dibangun dengan jerih payah perjuangan. Santri dan Indonesia seyogyanya merupakan dua unsur yang saling menguatkan dalam menghadapi guncangan kemajuan zaman. Perubahan yang kian cepat, harus bisa diberi solusi agar bangsa ini tetap mempertahankan moral dan etikanya. Semuanya tidak lepas dari banyak pihak yang harus membantu, termasuk kaum santri, ulama dan para habaib. Tentu negeri yang makmur ini akan  bertambah keberkahannya dan semakin dilindungi oleh Allah SWT.
Oleh sebab itu, sudah sepatutnya santri dan rakyat lainnya bersatu membangun negeri ini, menjauhkan dari keterpurukan. Membangkitkan semangat jiwa nasionalisme yang lama terpendam. Bersama-sama melaksanakan cita-cita mulia mewujudkan negeri yang makmur jaya sentosa berdasarkan keimanan dan ketakwaan dengan moral dan mental bngsa yang baik.
Hal lain yang harus kita yakini adalah, santri yang kuat akan menjelma menjadi ulama yang hebat. Ulama yang hebat akan menjadikan bangsa ini cermat. Bangsa yang cermat akan membawa rakyatnya menuju kemakmuran dan kesejahteraan. Khusus untuk santri di seluruh nusantara, berjihadlah dengan ilmu, tumbuhlah dengan ilmu, bangkitlah dengan ilmu, sejahterakan negeri ini dengan ilmu. Karena ilmu akan membawa kemanfaatan di dunia dan di akhirat. Akhirnya kita hanya bisa mengharapkan ridha Illahi di bumi pertiwi ini.
Dari santri untuk santri, dari santri untuk NKRI.

( WG SANTRI INDONESIA )