Rabu, 19 Juli 2017

Hukum Memasukan Mr. P ke Mulut Istri

Kesimpulan Diskusi WAG SANINDO
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Selasa, 11 Juli 2017
Thema : Hubungan Suami Istri
Judul : Bulan Madu
Sail : Bu Aniq
______________________________________
Diskripsi Masalah
Sebut saja namanya Bu Fulanah seorang istri cantik yang sedang melakukan hubungan intim pada malam pertamanya dengan suaminya Pak Fulan... di saat sedang melakukan hubungan..sang suami Pak Fulan meminta istrinya untuk memasukan Mr. P nya ke dalam mulut Bu Fulanah.yang awalnya Bu Fulanah merasa sedikit Ragu/jijik karena memang belum pernah melakukan hal demikian,di samping itu Bu Fulannah berfikir,ini adalah perminta'an suaminya yang mungkin harus di turuti, Dan terjadilah hingga Pak Fulan merasakan kenikmatan yang dahsyat.

Pertanyaan
1. Apakah wajib sang istri menuruti permintaan suami,seperti dalam hal di atas ??
2. Bagaimana hukum.nya masukin Mr. P ke mulut istri dan sebaliknya (oral seks)??
_______________________________________

Jawaban

[1] Apakah wajib sang istri menuruti permintaan suami,seperti dalam hal di atas ??

. لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق

Tetap wajib,,sekirakanya tidak ada unsur kemaksiyatan

[2] Bagaimana hukum.nya masukin Mr. P ke mulut istri dan sebaliknya (oral seks)?
Boleh dengan perincian

Prolog
Oral seks adalah aktivitas seksual yang menjadikan alat kelamin lelaki dan wanita sebagai obyek. Baik itu dengan cara mencium, mengecup, menjilat, mengulum, atau mempermainkan alat kelamin pasangannya. Baik dilakukan sebagai aktivitas pemanasan (foreplay) sebelum bersetubuh maupun sebagai sarana seks tersendiri untuk mencapai orgasme.

Dalam istilah kontemporer, oral seks dibahasakan dengan

الجنس الفموي/الجنس الشفوي/الجماع الفموي

Seksual / الجنس

Oral seks berupa dua macam, yakni aktivitas menjilat kelamin wanita oleh lelaki (Cunnilingus) dan aktivitas menghisap kelamin lelaki oleh wanita (Fellatio).

Mengenai Cunnilingus (oral seks pada kelamin wanita) disebutkan secara sharih keterangan kebolehannya oleh sejumlah ulama:

Zainuddin al-Malaibari:

( تتمة ) يجوز للزوج كل تمتع منها بما سوى حلقة دبرها ولو بمص بظرها

"Boleh bagi suami menikmati semua jenis aktivitas seks dari istrinya selain pada lingkaran duburnya, meskipun dilakukan dengan menghisap klitorisnya" (Fathul Mu'in, 3/340).

Al-Bahuthi:

قال القاضي يجوز تقبيل فرج المرأة قبل الجماع

"Qadhi Ibnu Muflih berkata: Boleh mencium kelamin isterinya sebelum bersetubuh" (Kasysyaful Qana', 5/17).

Al-Haththab:

وقد روي عن مالك أنه قال لا بأس أن ينظر إلى الفرج في حال الجماع وزاد في رواية ويلحسه بلسانه

"Disebutkan riwayat dari Imam Malik bahwasanya beliau berkata: Tidak apa-apa melihat kemaluan saat bersetubuh. Ditambahkan dalam riwayat lain: Serta menjilat kemaluan tersebut dengan lidahnya." (Mawahib al-Jalil, 5/23).

Al-Qurthubi:

وقد قال أصبغ من علمائنا : يجوز له أن يلحسه بلسانه

"Ashbagh salah satu ulama [malikiyah] kami berkata: Boleh baginya [suami] menjilatnya [kemaluan istrinya] dengan lidahnya." (Tafsir Al-Qurthubi, 12/232).

Sedangkan mengenai Fellatio (oral seks pada kelamin lelaki) disebutkan secara mafhum dari dhabith umum kebolehan semua aktivitas seksual serta pendekatan-pendekatan tekstual dalam beragam literatur klasik:

Dalam Fathul Mu'in tentang dhabith umum tamaththu':

( تتمة ) يجوز للزوج كل تمتع منها بما سوى حلقة دبرها ولو بمص بظرها

"Boleh bagi suami menikmati semua jenis aktivitas seks dari istrinya selain pada lingkaran duburnya, meskipun dilakukan dengan menghisap klitorisnya" (Fathul Mu'in, 3/340)

Mahallu syahid: 'menikmati semua jenis aktivitas seks dari istrinya.'

Dalam Tafsir ath-Thabari tentang obyek umum tamaththtu' dzakar:

حدثنا تميم قال، أخبرنا إسحاق، عن شريك، عن ليث قال: تذاكرنا عند مجاهد الرجل يلاعب امرأته وهي حائض، قال: اطعن بذكرك حيث شئت فيما بين الفخذين والأليتين والسرة، ما لم يكن في الدبر أو الحيض.

"Telah menceritakan kepada kami Tamim, telah mengkhabarkan kepada kami Ishaq, dari Syarik, dari Laits berkata: Kami di sisi Mujahid membicarakan tentang seorang lelaki yang mencumbu istrinya saat Haid. Mujahid berkata; "Tusukkan alat kelaminmu di manapun yang engkau kehendaki; di antara dua paha, dua pantat, dan pusar. Selama tidak di anus atau saat datang haidh." (Tasfir ath-Thabari, 4/380)

Mahallu syahid: 'Tusukkan alat kelaminmu di manapun yang engkau kehendaki.'

Dalam Hasyiyah ad-Dasuqi tentang hukum asal mubahnya tubuh istri selama tidak ada ketentuan khusus nash:

قَوْلُهُ ( فَيَجُوزُ التَّمَتُّعُ بِظَاهِرِهِ ) أَيْ وَلَوْ بِوَضْعِ الذَّكَرِ عليه وَالْمُرَادُ بِظَاهِرِهِ فَمُهُ من خَارِجٍ وما ذَكَرَهُ الشَّارِحُ من جَوَازِ التَّمَتُّعِ بِظَاهِرِ الدُّبُرِ هو الذي ذَكَرَهُ الْبُرْزُلِيُّ قَائِلًا وَوَجْهُهُ عِنْدِي أَنَّهُ كَسَائِرِ جَسَدِ الْمَرْأَةِ وَجَمِيعُهُ مُبَاحٌ إذْ لم يَرِدْ ما يَخُصُّ بَعْضُهُ عن بَعْضٍ بِخِلَافِ بَاطِنِهِ اه

"[Diperbolehkan mencumbui pada luar dubur] yakni walau dengan menaruh kemaluan di atasnya. Yang dimaksud dengan luar dubur yaitu mulut dubur dari arah luar tubuh. Pendapat Pensyarah tentang kebolehan mencumbui luar dubur adalah sebagaimana yang dikatakan oleh al-Burzuli, dia berkata: 'Konsepnya, menurutku, bagian luar dubur adalah sebagaimana keseluruhan bagian tubuh wanita, kesemua tubuh wanita diperbolehkan mengingat tidak dijumpai ketentuan khusus nash pada bagian tubuh wanita tertentu, berbeda dengan bagian dalam dubur.' Demikian perkataan al-Burzuli. " (Hasyiyah ad-Dasuqi, 2/216)

Mahallu syahid: 'Kesemua tubuh wanita diperbolehkan mengingat tidak dijumpai ketentuan khusus nash pada bagian tubuh wanita tertentu'.

Dalam al-Inshaf tentang mencium dzakar:

الثانية: ليس لها استدخال ذكر زوجها وهو نائم بلا إذنه ولها لمسه وتقبيله بشهوة

"Tidak berhak bagi istri memasukkan alat kelamin suaminya tanpa seijinnya sementara suami dalam keadaan tidur, namun istri boleh merabanya dan menciumnya dengan syahwat" (al-Inshaf, 8/27)

Dalam al-Mughni li Ibni Qudamah tentang kesunahan foreplay:

وقد روي عن عمر بن عبد العزيز عن النبي صلى الله عليه و سلم أنه قال :لا تواقعها إلا وقد أتاها من الشهوة مثل ما أتاك لكيلا تسبقها بالفراغ

"Diriwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz, dari Nabi SAW bahwasanya beliau berkata: Janganlah engkau menyetubuhinya kecuali dia telah bangkit syahwatnya sebagaimana dirimu, agar engkau tidak mendahuluinya dalam klimaks." (al-Mughni li Ibnu Qudamah, 8/136)

Berangkat dari kaidah umum para ulama klasik, selanjutnya oral seks dibahas juga oleh sejumlah ulama kontemporer

Menengok pada dinamika opini ilmiah masa kini tentang oral seks, maka terdapat sejumlah pendapat berseberangan yang masih perlu ditinjau ulang.:
, oral seks adalah tradisi Romawi Kuno dan India kuno. Dengan demikian terjadi tasyabbuh bil kuffar yang diharamkan.

Tidak semua tasyabbuh itu haram. Ibnu Hajar al-'Asqalani menggarisbawahi bahwa tasyabbuh yang diharamkan adalah selain tasyabbuh dalam urusan kebaikan. Sementara oral seks adalah bagian dari pemanasan seksual yang dianjurkan.

Dalam Fathul Bari:

وقال الشيخ أبو محمد بن أبي جمرة نفع الله به ما ملخصه ظاهر اللفظ الزجر عن التشبه في كل شيء لكن عرف من الأدلة الأخرى أن المراد التشبه في الزي وبعض الصفات والحركات ونحوها لا التشبه في أمور الخير

"Syekh Abu Muhammad bin Abi Hamzah -semoga Allah memberi kemanfaatan padanya- berkata: Kesimpulan dari dzahir teks nash adalah larangan menyerupai pada setiap sesuatu (dari orang kafir). Akan tetapi dalil-dalil lainnya menunjukkan yang dimaksud menyerupai adalah menyerupai dalam atribut, sebagian sifat-sifat, perilaku, dan semacamnya. Bukan menyerupai dalam urusan kebaikan." (Fathul Bari, 13/333)

Argumen tersebut adalah perasaan subyektif manusia yang tidak bisa semata-mata dijadikan dalil. Sifatnya relatif dan bisa berbeda-beda tiap manusia. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam enggan menyantap dhab (sejenis reptil arab) sementara Khalid bin Walid memakannya. Gaya persetubuhan dari belakang tadinya dipandang hina oleh kaum wanita Anshar dan Umar namun syariat memperbolehkannya.)

Wacana , oral seks bisa membuat madzi tertelan sementara madzi najis dan haram dimakan.

Analogi yang paling dekat dengan masalah ini adalah pada oral seks Cunnilingus. Sebagaimana dijelaskan di atas, telah disebutkan dalam Fathul Mu'in, Kasysyaful Qana', Mawahibul Jalil, dan beragam kitab lainnya bahwa oral seks kelamin wanita diperbolehkan meskipun sama-sama beresiko menelan madzi. Boleh jadi hal itu karena sifat keluarnya madzi tidak pasti, di samping bisa dimuntahkan. Antara lain mengambil i'tibar dari kesucian dzakar dari rembasan farji (ruthubah farji) dikarenakan sifat keluarnya ruthubah yang tidak bisa dipastikan kapan keluar dari kelamin wanita.

أَمَّا الرُّطُوبَةُ الْخَارِجَةُ مِنْ الْبَاطِنِ فَنَجِسَةٌ مُطْلَقًا وَإِنَّمَا قُلْنَا بِطَهَارَةِ ذَكَرِ الْمُجَامِعِ وَنَحْوِهِ ؛ لِأَنَّا لَا نَقْطَعُ بِخُرُوجِهَا

"Sedangkan rembasan yang keluar dari dalam farji maka mutlak najis, sedangkan mengenai pendapat kami tentang sucinya dzakar orang yang bersetubuh dan sebagainya maka hal itu dikarenakan kami tidak bisa memastikan keluarnya rembasan farji itu." (Syarhul Bahjah al-Wardiyyah, 1/149)

Wacana , oral seks makruh ketika terjadi inzal (keluar mani) disamping faktor menjijikkannya.

Wacana ini cukup bagus. Posibilitas makruh dari sisi inzal, yakni dari tinjauan hukum 'azl, bisa dipahami. Namun tambahan 'illat jijik yang dikombinasi dengan tiadanya nash sharih bukan merupakan illat yang kuat sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

Pernyataan ini dilontarkan oleh salah seorang tokoh Mesir dengan kutipan ucapannya:

أما إذا كان القصد منه الإنزال فهذا الذي يمكن أن يكون فيه شيء من الكراهة، ولا أستطيع أن أقول الحرمة لأنه لا يوجد دليل على التحريم القاطع، فهذا ليس موضع قذر مثل الدبر، ولم يجئ فيه نص معين إنما هذا شيء يستقذره الإنسان

"Adapun ketika oral seks ditujukan sebagai inzal maka dimungkinkan hukum makruhnya. Aku tidak mampu mengatakan haram sebab tidak ada dalil yang menegaskan keharamannya, oral seks juga bukan pada tempat yang kotor seperti dubur, tidak ditemukan nash spesifik tentang oral seks hanya saja ini termasuk perkara yang dianggap jijik oleh manusia."

oral seks secara dzatiahnya dihukumi mubah, mengingat tidak ada ketentuan khusus nash tentang hal itu sehingga dikembalikan pada hukum mubahnya.

Namun oral seks dilihat dari amrun 'aridh (faktor eksternal) bisa menjadi makruh ketika :

- Dilakukan dengan mata terbuka, sebab ada pendapat yang masyhur tentang makruhnya melihat farji (kelamin lelaki dan wanita).

( وَلِلزَّوْجِ ) وَالسَّيِّدِ فِي حَالِ الْحَيَاةِ ( النَّظَرُ إلَى كُلِّ بَدَنِهَا ) أَيْ الزَّوْجَةِ وَالْمَمْلُوكَةِ الَّتِي تَحِلُّ وَعَكْسُهُ ، وَإِنْ مَنَعَهَا كَمَا اقْتَضَاهُ إطْلَاقُهُمْ ، وَإِنْ بَحَثَ الزَّرْكَشِيُّ مَنْعَهَا إذَا مَنَعَهَا وَلَوْ الْفَرْجَ لَكِنْ مَعَ الْكَرَاهَةِ وَلَوْ حَالَةَ الْجِمَاعِ

"[Boleh bagi suami] juga bagi majikan hamba sahaya di masa hidupnya [melihat setiap badan wanita] istrinya dan sahayanya yang mana dihalalkan serta diperbolehkan juga sebaliknya, meskipun suami/majikan itu tidak berkenan [auratnya dilihat oleh wanita, pen] sebagaimana penjelasan general para ulama, meskipun imam az-Zarkasyi membahas tentang larangannya ketika pihak lelaki tidak memperkenankan, meskipun melihat pada farji namun disertai hukum makruh meskpun saat bersetubuh." (Tuhfatul Muhtaj, 3/181).

- Dilakukan sampai inzal (keluar mani), sebab akan terhukumi sebagaimana 'azl yang juga masyhur hukum makruhnya.

Sumber Refrensi
🔺 I'anathut Thalibin Juz:3 Hal:340
🔺 Kasysyaful Qana'  Juz:5 Hal:17
🔺 Mawahib al-jalil Juz:5 Hal:23
🔺 Tafsir Al-qurtubi Juz:12 Hal:232
🔺 Tafsir ath-Thabari Juz:4 Hal:380
🔺 Hasyiyah ad-Dasuqi Juz:2 Hal:216
🔺 Al-inshaf Juz:8 Hal27
🔺 Al-Mughni Li Ibnu Qudamah Juz:8 Hal:136
🔺 Fathul Bari Juz:13 Hal:333
🔺 Syarhul Bahjah al-Wardiyyah Juz:1 Hal:149
🔺 Tuhfatul Muhtaj 3/181

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
(🕋 WAG Santri indonesia🕋)

Selasa, 18 Juli 2017

Makmum Masbuk, Imam Lupa Jumlah Raka'at

KESIMPULAN DISKUSI FIQHIYAH WG SANINDO

MATERI DISKUSI

Hari/Tanggal : selasa, 18 Juli 2017
Tema : SHOLAT BERJAMAAH
Judul : Makmum Masbuk
Sa'il : Mbak Fara

Diskripsi Masalah
Nama saya paijo, ketika sholat wajib saya tertinggal 1 roka'at, tetapi imam lupa sampai melaksanakan sholat itu 5 rakaat ...

Pertanyaan :

Apa yg harus saya kerjakan?

JAWABAN

[1] Dalam i'anah juz 2 hal 42 disebutkan:

(فَرْعٌ) لَو قاَمَ أِمَامُهُ لِزِيَادَ ةٍ كَخَامِسَةٍ وَلَوْ سَهْوًا لَمْ يَجُزْلَهُ مُتَابَعَتُهُ وَلَوْ مَسْبُوقاًاَوْشَاكًّافِي رَكْعَةٍ بَلْ يُفَارِقُهُ وَيُسَلِّمُ اَوْيَنْتَظِرُهُ عَلَي الْمُعْتَمَدِ. إلخ

(cabang) andaikata imam berdiri untuk menambah rakaat, seperti rakaat kelima meskipun karena lupa, tidak boleh bagi makmum mengikutinya meskipun dia makmum masbuq, atau karena ragu-ragu dalam rakaat. Tetapi ma’mum harus mufaraqah dan salam atau menanti imamnya menurut pendapat yang dapat di jadikan pegangan.

di dalam syarah ia'anahnya dijelaskan:

1. makmum tidak boleh ikut imam, baik ia masbuk atau tdk. jika masbuk, maka dia niat mufaraqah (berpisah dari imam) dan melanjutkan rokaatnya.
2. jika makmum tidak tahu bahwa imam menambah rokaat, maka sholatnya sah. jika ia tidak masbuk, sah sholat nya ketambahan 1 rokaat. jika masbuk, sah sholat nya dan tidak perlu tambah rokaat.
3. jika makmum tadi tahu bahwa imam menambah rokaat, maka batal sholatnya. ia perlu sholat dari awal.

[2] Tambahan refferensi
Sikap yang diambil makmum saat mengetahui secara pasti penambahan rokaat oleh imamnya adalah :

▪Boleh memisahkan diri dari imamnya
▪Boleh menanti imamnya pada duduk tahiyyat akhir

▪Bagi makmum masbuq yang tidak mengetahui penambahan tersebut andaikan ia mengikuti imamnya berdiri maka rokaat yang ia jalani juga terhitung baginya.

مسألة): إذا قام الإمام لخامسة وتحقق المأموم ذلك لم تجز له متابعته موافقاً كان أو مسبوقاً، ويجوز حينئذ مفارقته وانتظاره، وإن لم يعلم المسبوق أنها خامسة فتابعه فيها حسبت له.

[ MASALAH ] Bila Imam shalat berdiri untuk mengerjakan rakaat kelima dan makmum yakin akan hal tersebut, maka tidak boleh baginya mengikuti imamnya baik ia menjadi makmum muwaafiq (makmum yang mendapati bacaan fatihah bersama imamnya dirakaat pertama) atau menjadi makmum masbuq. Dan boleh baginya saat demikian memisahkan diri dari imam atau menantinya (dalam duduk tahiyyah).
Bila makmum masbuq tidak mengetahui bahwa yang dikerjakan imam adalah rokaat yang kelima kemudian ia mengikuti imamnya maka rokaatnya juga terhitung baginya.

Daftar Pustaka
1. Ghoyah Talkhish al-Muraad, Hal. 101
2. I'anah juz 2, hal 42

➖➖➖➖➖➖➖➖➖

( WG Santri Indonesia ) 🕋

Kajian Safiinah An Najah BAB Rukun Sholat


➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
BAB: Rukun Sholat

✍🏻 Lafadz Arob

(فَصْلٌ ) أَرْكَانُ الصَّلَاةِ سَبْعَةَ عَشَرَ : الْأَوَّلُ النِّيَةُ ،الثَّانِي تَكْبِيْرَةُ الْإِحْرَامِ ، الثَّالِثُ الْقِيَامُ عَلَى الْقَادِرِ فِي الْفَرْضِ ،الرَّابِعُ قِرَاءَةُ الْفَاتِحَةِ ، الْخَامِسُ الرُّكُوْعُ ، السَّادِسُ الطُّمَأْنِيْنَةُ فِيْهِ ، السَّابِعُ الْإِعْتِدَالُ ،الثَّامِنُ الطُّمَأْنِيْنَةُ فِيْهِ ، التَّاسِعُ السُّجُوْدُ مَرَّتّيْنِ ،الْعَاشِرُ الطُّمَأْنِيْنَةُ فِيْهِ ، الْحَادِي عَشَرَ الْجُُلُوْسُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ  ، الثَّانِي عَشَرَ الطُّمَأْنِيْنَةُ فِيْهِ ،الثَّالِثَ عَشَرَ التَّشَهُّدُ الْأَخِيْرُ ،الرَّابِعَ عَشَرَ الْقُعُوْدُ فِيْهِ ،الْخَامِسَ عَشَرَ : الصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ،السَّادِسَ عَشَرَ السَّلَامُ ،السَّابِعَ عَشَرَ التَّرْتِيْبُ  .

✍🏻  Lafadz Latin:
Arkaanushsholaati Sab'ata 'Asyaro : Al-Awwalu Anniyyatu , Ats-Tsaani Takbiirotul Ihroomi , Ats-Tsaalitsu Al-Qiyaamu 'Alal Qoodiri , Ar-Roobi'u Qirooatul Faatihati , Al-Khoomisu Ar-Rukuu'u , As-Saadisu Aththuma'niinatu Fiihi , As-Saabi'u Al-'Itidaalu , Ats-Tsaaminu Aththuma'niinatu Fiihi , At-Taasi'u Assujuudu Marrotaini , Al-'Aasyiru Aththuma'niinatu Fiihi , Al-Haadi 'Asyaro Aljuluusu Bainassajadataini ,
Ats-Tsaani 'Asyaro Aththuma'niinatu Fiihi Ats-Tsaalitsu 'Asyaro Attasyahhudul Akhiiru , Ar-Roobi'u 'Asyaro Alqu'uudu Fiihi , Al-Khoomisu 'Asyaro Ashsholaatu 'Alannabiyyi Shollallaahu 'Alaihi Wasallama Fiihi , As-Saadisu 'Asyaro Assalaamu , As-Saabi'u 'Asyaro Attartiibu .

Terjemahan
Rukun-rukun shalat ada 17, yaitu:
1. Niat.
2. Takbiratul ihram.
3. Berdiri bagi yang mampu dalam shalat fardhu.
4. Membaca Al-fatihah.
5. Ruku’.
6. Tuma’ninah di dalam ruku’.
7. I’tidal.
8. Tuma’ninah di dalam i’tidal.
9. Sujud dua kali.
10. Tuma’ninah dalam sujud.
11. Duduk diantara dua sujud.
12. Tuma’ninah dalam duduk diantara dua sujud.
13. Tasyahud akhir.
14. Duduk dalam tasyahud akhir.
15. Bershalawat kepada Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam dalam tasyahud akhir.
16. Salam.
17. Tertib/berurutan.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Pertanyaan
1. Niat sholat itu apakah dilafalkan atau dalam hati?

Jawaban
Tempat niat adalah di hati. Dan niat dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan pertama dalam sholat, yaitu takbirotul ihram. Sedangkan melafadzkan niat dengan lisan adalah disunahkan demi membantu kehadiran niat di dalam hati. Tapi melafadzkan dengan lisan tidak wajib.

2. Bagaimana bunyi tasyahhud awal dan akhir?

Jawaban

التحية ;
التحيات لله،السلام عليك أيها النبي ورحمة الله وبركاته،السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين.

التشهد ;
أشهد أن لاإله إلا الله وأشهد أن محمدا رسول الله.

الصلاة ;
اللهم صل على سيدنا وعلى آل سيدنا محمد كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم،وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد كما باركت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم في العالمين إنك حميد مجيد.

Itu bunyi tasyahhud akhir,sedangkan tasyahhud awal dibaca sampai kata وعلى آل سيدنا محمد .
Di tasyahhud akhir boleh ditambahkan doa-doa seperti :

Pada bulughul marom

٣١٦ - وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم: «إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ, يَقُولُ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ, وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ, وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ, وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. (١)
[ص: ٩٤] 
وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: «إِذَا فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنَ التَّشَهُّدِ الْأَخِيرِ». (٢)
___________________________________
(١) - صحيح. رواه مسلم (٥٨٨)، وعزوه للبخاري وهم من الحافظ -رحمه الله- إذ الحديث ليس فيه، وإنما الذي في البخاري من فعله -صلى الله عليه وسلم-، وهذا من أمره. ولفظه في «البخاري» (١٣٧٧): كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يدعو: *«اللهم إني أعوذ بك من عذاب القبر، ومن عذاب النار، ومن فتنة المحيا والممات، ومن فتنة المسيح الدجال».* وهذه الرواية عند مسلم (٥٨٨) (١٣١)، فهذا اللفظ هو المتفق عليه وليس الذي ذكره الحافظ.
(٢) - صحيح. رواه مسلم (٥٨٨) (١٣٠)
_______________________________
Ini juga kadang di pakai setelah masihi addajjal

٣١٧ - وَعَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ - رضي الله عنه - أَنَّهُ قَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم: عَلِّمْنِي دُعَاءً أَدْعُو بِهِ فِي صَلَاتِي. قَالَ: «قُلْ: *اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا, وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ, فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ, وَارْحَمْنِي, إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ».* مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. (١)

-------------------------------------------------------
(١) - صحيح. رواه البخاري (٨٣٤)، ومسلم (٢٧٠٥)

Pertanyaan
3. Apakah masih mendapat 1 rokaat ketika makmum masbuk pada rokaat akhir dan imam membaca suroh pendek di ayat terakhir?

Jawaban
Patokan makmum mendapat satu rokaat adalah ketika mendapati rukuknya imam.

من ادرك ركوع فقد ادركرك او كما قال النبى

Pertanyaan
4. Apa hukum penambahan kata سيدنا dalam tasyahhud?

Jawaban
Menurut Imam Kurdi, Ibnu Hajar, AzZiyaadi Imam Halaby (dari kalangan Syafiiyah) lebih utama menambahkan lafadz “SAYYIDINAA” sebelum lafadz MUHAMMAD

وقوله وأن محمدا رسول الله الأولى ذكر السيادة لأن الأفضل سلوك الأدب وحديث لا تسودوني في صلاتكم... باطل

Yang lebih utama menambahkan lafadz sayyidinaa saat kalimat “Wa Anna Muhammadar Rosuulullah” karena yang lebih utama menjaga etika pada Rosulullah shallallaahu ‘Alaihi wa sallam, sedang hadits yang berbunyi “Janganlah kalian menyebut kata sayyid untukku saat sholat” adalah hadits batal. [ I’aanah at-Thoolibiin I/169 ].

وعبارة البرماوي ولا يجوز إبدال كلمة منه كالنبي والله ومحمد والرسول والرحمة والبركة بغيرها ولا أشهد بأعلم ولا ضمير علينا بظاهر ولا إبدال حرف منه ككاف عليك باسم ظاهر ولا ألف أشهد بنون ولا هاء بركاته بظاهر وجوزه بعضهم في الثاني ويجوز إبدال ياء النبي بالهمز ويضر إسقاطهما معا إلا في الوقف كما قاله العلامة الزيادي ويضر إسقاط تنوين سلام المنكر خلافا للعلامة ابن حجر ولا يضر تنوين المعرف ولا زيادة بسم الله قبل التشهد بل تكره فقط ولا يضر زيادة ميم في عليك ولا يا النداء قبل أيها ولا وحده لا شريك له بعد أشهد أن لا إله إلا الله لورود ذلك في خبر ولا زيادة سيدنا قبل محمد هنا وفي الصلاة عليه الآتية بل هو أفضل لأن فيه مع سلوك الأدب امتثال الأمر وزيادة وأما حديث لا تسيدوني في الصلاة فباطل باتفاق الحفاظ

Redaksi kitab alBarmawy “Tidak boleh mengganti kalimat-kalimat yang terdapat pada bacaan tasyahhud seperti mengganti lafadz annabiy, Allah, Muhammad, Arrosuul, arrohmat, albarokah, lafadz asyhadu diganti a’lamu, dhomir yang terdapat pada ‘alainaa diganti isim dhohir dll.

Juga tidak boleh mengganti huruf-huruf yang terdapat pada bacaan tasyahhud seperti huruf kaafnya alaika diganti isim dhohir, alifnya asyhadu diganti dengan nun, huruf ha’ nya wabarokaatuh diganti isim dhohir (namun sebagian ulama memperbolehkannya dalam hal ini).

Boleh mengganti huruf ya’nya lafadz annabiy dengan hamzah namun bahaya menghilangkankan keduanya (ya’ dan hamzah) kecuali bila waqof seperti yang diterangkan oleh az-Ziyaady, bahaya juga menggugurkan tanwin nakirohnya lafadz salaamun berbeda dengan Imam Ibnu Hajar.

Tidak bahaya mendatangkan tanwin muarrof, menambahi BASMALAH sebelum tasyahhud (hanya saja makruh), tidak bahaya menambahkan huruf mim pada lafadz ‘alaika, huruf ya nidaa’ sebelum lafadz ayyuhaa dan menambahkan WAHDAHUU LAA SYARIIKA LAHU setelah kalimat an laa ilaaha illlallaah karena semuanya ada dalam keterangan hadits.

Tidak bahaya juga menambahkan lafadz sayyidinaa sebelum lafadz Muhammad, juga saat membaca sholawat bahkan hukumnya lebih utama karena yang lebih utama menjaga etika pada Rosulullah shallallaahu ‘Alaihi wa sallam, sedang hadits yang berbunyi “Janganlah kalian menyebut kata sayyid untukku saat sholat” adalah hadits batal. [ Hasyiyah aljamal ‘Ala alminhaj II/335 ].

________________________________
التحية ;
adalah penghormatan.

التحيات المباركات الصلوات الطيبات لله.
ini ungkapan penghormatan nabi wkt mi'roj sewaktu menyaksikannya..

السلام عليك أيها النبي ورحمة الله وبركاته.
ini jawaban penghormatan alloh atas penghormatan nabi.
baginda nabi di hormat dg salam,rahmat dan barokah.

masak kita tdk menghormati nabi,?

السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين.
ini jawaban nabi.

seandainya nabi tdk menyebut وعلى عباد الله الصالحين niscaya kita2 tdk bakalan mendapat apa2 dr alloh.
ini smua krn intruksi permohonan nabi utk kita smua.

apakah org yg sedemikian berjasa tdk pantas kita hormati dg gelar سيدنا؟.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

( WG Santri Indonesia )🕋

Minggu, 02 Juli 2017

Santri Joosss Global Award Bulan Juni 2017

Daftar Pemenang SJGA pada bulan Juni 2017 WAG Santri Indonesia

Santri Baper Award
- Wali Paidi (WAG N)

Miss Santri Award
- Mbak Mas'udah (WAG F)

Mr. Santri Award
- Mbah Slenteng (WAG J)

Santri Hero Bulan Juni 2017
- Kang Mida (WAG G)

( WAG Santri Indonesia )