Sabtu, 15 Agustus 2020

KISAH CINTA PENUH PENGORBANAN MEMBARA, SANINDO KUDUS DAN SANINDO JEPARA

KISAH CINTA PENUH PENGORBANAN MEMBARA, SANINDO KUDUS DAN SANINDO JEPARA

Apalah daya rasa tak bisa ditahan, pikiran pun malayang lewat tulisan.. Mulut terkunci rapi, hatipun akhirnya bercerita..

Aktifis, yang terlintas dalam benak kita adalah sosok inspiratif yang selalu aktif.. Hatinya tegar bagaikan karang di lautan, tak sedikit pun mengeluh, walau setiap waktu dihempas ombak diterjang badai.. Baginya, setiap masalah kehidupan adalah bara api yang membuat besi mudah ditempa menjadi sebuah belati.. Akan tetapi, soal cinta lain pula ceritanya.. Cinta bukan hanya berjuta rasa, tetapi juga yang melatari berbagai tindakan dan keputusan.. Dia datang secara perlahan, tak bisa diduga, dan tiba-tiba saja kita sudah berada dalam pelukan asmara. Manis-pahitnya.. Suka-dukanya.. Tawa dan tangisnya.. Lalu, bagaimana ketika seorang aktivis jatuh cinta ? Ceritanya pasti tidak sederhana.. Saat idealisme bertemu dengan kerinduan yang mengharu biru, semua menjadi tidak bisa diduga ke mana arahnya..

Kisah cinta itu dimulai dari pertemuan tak sengaja dengan seorang gadis cantik jelita berkacamata bulat merona di sebuah organisasi WG SANINDO (Wadah Gerakan Santri Indonesia) di rumah sang pria itu sendiri, pada hari Ahad, 26 November 2017.. Gadis itu mirip dengan perempuan dalam mimpinya.. Dia bernama Ana Rosyidah salah satu aktifis juga di Sanindo Jepara..

Seiring berjalannya waktu, perasaan kagum itu berubah menjadi sebuah rasa yang malu sekali dia menyebutnya, yaitu cinta.. Maka pria yang sering di sapa kang rohman atau kang otok santoso menganggapnya hanya perasaan suka saja . Tapi apalah daya, kang rohman tidak begitu pintar membohongi diri sendiri . Maka dia menyerah dan jujur pada dirinya sendiri bahwa mulai tumbuh bibit-bibit cinta di tanah hati yang sedang subur itu.. Hal ini membuatnya merasa canggung setiap kali dekat dengan gadis sholehah nan rupawan itu.. Karena itulah kang rohman selalu berusaha tampil sesempurna mungkin di depannya, meskipun respon mbak ana sangat cuek bebek bingit kala itu.. Hal ini bukannya tak beralasan.. kang rohman tau, bahwa diam-diam banyak pria yang juga menaruh hati pada mbak ana.. Tapi dia tak berhenti disitu saja, dia tetap berusaha sekuat tenaga, tentunya dengan meminta solusi kepada sang master cinta, presiden sanindo untuk dapat bersatu dan bersanding dengannya.. 

Singkat cerita, akhirnya pada hari Sabtu, 15 Agustus 2020.. Bersatulah mereka dalan ikatan suci, yaitu pernikahan sakral..

Barokallah, semoga kang rohman dan mbak ana mampu menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, dan segera diberi momongan anak yang sholeh sholehah.. amin ya rabbal alamin..

#wgsantriindonesia #wgsanindo #sanindo #wgsi #sanindolovestory #sanindomantu #sanindoekspati #sanindokudus #sanindojepara

Senin, 03 Agustus 2020

TUJUH ANGGOTA SUJUD

TUJUH ANGGOTA SUJUD
Oleh Kiai Agus Salim AB

Pada waktu sujud dalam shalat, ada tujuh anggota badan kita yang harus menempel pada tempat sujud, yaitu :

1. Dahi 
2. Telapak tangan kanan
3. Telapak tangan kiri
4. Lutut kanan
5. Lutut kiri
6. Ujung telapak kaki kanan
7. Ujung telapak kaki kiri

Apabila tujuh anggota badan yang disebutkan di atas tidak menempel pada tempat sujud ketika sujud, maka shalatnya tidak sah (batal).

Dalilnya, Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الْجَبْهَةِ - وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ - وَالْيَدَيْنِ، وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ

“Aku diperintahkan bersujud dengan tujuh bagian anggota badan, yaitu : Dahi (termasuk juga hidung, Nabi  mengisyaratkan dengan tangannya), telapak tangan kanan dan kiri, lutut kanan dan kiri, dan ujung kaki kanan dan kiri”. (Hr. Bukhari, no. 812, dan Muslim, no. 490).

Jika dari anggota tubuh tersebut tidak menyentuh lantai, shalatnya berarti tidak sah. Namun jika kita katakan wajib bukan berarti telapak kaki dan lutut harus dalam keadaan terbuka. 

Adapun untuk telapak tangan wajib terbuka menurut salah satu pendapat ulama Syafi’iyah sebagaimana dahi demikian. Namun yang lebih tepat, wajib terbuka untuk dahi dan tidak wajib terbuka untuk kedua telapak tangan.

Adapun jari kaki kita harus dalam posisi madal, yaitu bagian bawah sebagian jari kaki kita menempel di lantai tempat sujud. Walaupun memakai seumpama kaos kaki.

Semoga bermanfaat.